Bentuk ungkapan ora ilok berupa :
1.
Larangan.
Ungkapan ‘ora ilok’ dalam bahasa Indonesia berarti ‘tidak baik’
merupakan ungkapan dengan tujuan untuk melarang penutur kepada mitra tuturnya
untuk tidak melakukan suatu perbuatan yang tidak baik.
2.
Larangan dengan menyertakan akibat.
Ungkapan ora ilok dalam bahasa Jawa yang
menyertakan akibat jika seseorang melanggar larangan tersebut dapat dilihat
pada contoh berikut :
·
Ora ilok nglungguhi
bantal, engko wudunen ‘tidak baik menduduki bantal, nanti bisa bisulan’
·
Ora ilok dolanan
beras, engko tangane kithing ‘tidak baik bermain beras, nanti tangannya
keriting (dua jari tangan saling melekat /bertumpang tindih)
·
Ora ilok perawan
lungguh/ngadek neng ngarep lawang, mengko iso dadi perawan tuwa ‘tidak baik anak
gadis duduk atau berdiri di tengah pintu, nanti bias jadi perawan tua’
·
Ora ilok ngidoni
sumur, mengko lambene guwing ‘tidak baik meludahi sumur, nanti bibirnya
sumbing’
3.
Larangan tidak menyertakan akibat.
Ungkapan ora ilok dalam bahasa Jawa yang tidak
menyertakan akibat jika seseorang melanggar larangan tersebut dapat dilihat
pada contoh berikut :
·
Ora ilok mangan karo
turu ‘tidak baik makan sambil tidur’
·
Ora ilok bocah wedok
lungguh karo jigang ‘tidak baik anak perempuan duduk dengan mengangkat kaki’
·
Ora ilok mangan karo
ngomong ‘tidak baik makan sambil ngomong’
·
Ora ilok mbuang uwuh
neng longan ‘tidak baik membuang sampah di kolong’
4.
Bahasa Jawa ngoko
Bentuk ungkapan ora ilok disampaikan dengan
bahasa Jawa ragam ngoko. Pemilihan ragam ini kemungkinan disebabkan ungkapan
ini berisi nasehat yang biasanya disampaikan orang tua kepada anak-anak cucunya
yang berusia lebih muda.
"Fungsi dan Makna Ungkapan ora ilok".
Fungsi ungkapan ora ilok dalam bahasa Jawa
dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu :
1.
Untuk Anak-Anak,
Berdasarkan data, contoh ungkapan ora ilok yang
difungsikan untuk anak-anak adalah sebagai berikut :
·
Ora ilok lungguh
neng nduwur bantal, mengko wudunen ‘tidak baik duduk di atas bantal, nanti
bisulan’ Fungsi yang dimaksudkan dalam ungkapan ora ilok lungguh neng nduwur
bantal, nanti bisulan ‘tidak baik duduk di atas bantal nanti bisulan’ tersebut
berkaitan dengan siapa dan kapan larangan tersebut digunakan. Berdasarkan
bentuknya, dapat dilihat bahwa larangan tersebut adalah sebagai nasihat orang
tua kepada anaknya. Ungkapan ini dimaksudkan sebagai pengajaran beretika atau
sopan santun kepada anak supaya tidak melakukan suatu perbuatan yang tidak
baik. Dengan cara yang arif, melalui ungkapan ora ilok tersebut, orang tua
bermaksud mengingatkan anaknya untuk tidak melakukan sesuatu yang tidak baik.
Jadi bukan semata-mata akan menyebabkan bisulan ketika anak menduduki bantal.
Bantal digunakan sebagai alas kepala ketika tidur. Oleh karena itu, tidak sopan
jika bantal yang seharusnya untuk kepala tapi ditempatkan di bawah pantat
sebagai alas duduk.
·
Ora ilok mbuka
payung neng njero omah, mengko ibuke mati ‘tidak baik membuka payung di dalam
rumah, nanti ibunya meninggal’ Dengan melihat bentuknya,fungsi ungkapan ini
merupakan nasihat orang tua kepada anaknya, karena pada umumnya anak-anaklah
suka bermain payung. Jika dipikir secara nalar tidak mungkin seseorang yang
bermain dengan membuka payung di dalam rumah akan mengakibatkan ibunya
meninggal. Dengan menakut-nakuti ibunya akan meninggal diharapkan si anak tidak
bermain payung lagi, karena payung seharusnya digunakan di luar rumah ketika
sedang hujan. Selain itu, alasan lain yang masuk akal adalah jika membuka
payung di dalam rumah juga akan membahayakan orang lain.
·
Ora ilok dolanan
beras, engko tangane kithing ‘tidak boleh bermain beras, nanti tangannya
kithing (dua jari tangan saling melekat /bertumpang tindih). Fungsi ungkapan
ini adalah sebagai peringatan orang tua kepada anaknya untuk tidak bermain
beras. Larangan tersebut diucapkan dengan cara yang arif, yaitu dengan ungkapan
ora ilok, jadi orang tua tidak perlu melarang anaknya dengan cara yang keras
atau dengan marah supaya tidak melakukan perbuatan yang tidak baik, karena pada
umumnya anak-anak akan lebih menurut jika orang tua menasehati dengan kelembutan
dan kesabaran. Di samping itu, secara rasional, beras merupakan bahan makanan
yang seharusnya bersih, jadi tidak baik jika dipakai mainan karena
mengakibatkan beras menjadi kotor, selain itu jika dipakai untuk mainan beras
bisa tumpah dan berceceran.
2.
Untuk Anak Gadis,
·
Ora ilok perawan
lungguh/ngadek neng ngarep lawang, mengko iso dadi perawan tuwa’ ‘tidak baik
anak gadis duduk atau berdiri di tengah pintu, nanti bisa jadi perawan tua’
‘Larangan anak gadis duduk/berdiri di tengah pintu, itu merupakan ajaran atau
nasihat orang tua kepada anak gadisnya yang berkaitan dengan etika. Larangan
ini pun mempunyai alasan yang tidak diungkapkan secara langsung. Dengan
memberikan larangan ini diharapkan si gadis terbiasa berperilaku baik, karena
dengan terbiasa berperilaku baik di rumah diharapkan anak gadisnya akan menjadi
sosok yang berbudi pekerti luhur. Kebiasaan duduk di depan pintu, di mata
orang-orang tua Jawa, bisa memberikan kesan bahwa si gadis kurang santun.
Selain itu, duduk di depan pintu tidak pantas dan bisa menggangu orang lain
yang akan melewati pintu. Jadi, sebaiknya duduk di tempat yang seharusnya,
·
Ora ilok anak
perawan maem nyonggo piring, mengko ditampik joko ‘tidak baik anak gadis makan
dengan menyangga piring, nanti ditolak jejaka’ ‘Dilihat dari bentuknya,
larangan ini sama dengan larangan duduk di depan pintu. Makna larangan anak
gadis makan dengan menyangga piring itu merupakan ajaran atau nasihat orang tua
kepada anak gadisnya yang berkaitan dengan etika. Larangan ini pun mempunyai
alasan yang tidak diungkapkan secara langsung. Makna larangan tersebut adalah
peringatan agar si gadis bertingkah laku sopan ketika makan, dengan mengikuti
tata cara makan yang benar, dengan meletakkan piring di meja makan. Di samping
itu, jika makan dengan menyangga piring selain tidak sopan, akan mengakibatkan
piring mudah terjatuh kalau tersenggol.
·
Ora ilok nyugokne
geni nggawe sikil ‘tidak baik memasukkan kayu ke dalam tungku dengan
menggunakan kaki’. Dengan memperhatikan bentuknya, larangan memasukkan kayu ke
dalam tungku dengan menggunakan kaki ini bermakna nasihat orang tua kepada anak
gadisnya supaya bertingkah laku yang baik dan sopan. Tidak pantas di pandang
jika seorang gadis pada saat memasak, memasukkan kayu ke dalam tungku tidak
menggunakan tangan, tetapi dengan menggunakan kaki. Dengan larangan tersebut,
diharapkan si gadis akan berperilaku yang baik, dan melakukan segala sesuatu
sesuai dengan aturan yang benar. Selain itu, kalau memasukkan kayu ke dalam
tungku dengan menggunakan kaki akan membahayakan dirinya sendiri, karena bisa
menyebabkan kakinya terbakar.
· Ora ilok bocah wedok lungguh karo jigang ‘tidak
baik anak perempuan duduk dengan mengangkat kaki’ Dengan melihat bentuk
ungkapan di atas, makna ungkapan ora ilok bocah wedok lungguh karo jigang
adalah sebagai nasihat orang tua kepada anak gadisnya supaya bersikap sopan,
karena tidak pantas jika seorang gadis duduk dengan mengangkat kaki. Dengan
terbiasa bertingkah laku yang baik dan sopan di rumah, diharapkan si gadis
tidak akan canggung dan tidak bersikap yang kurang pantas baik di luar rumah
maupun dalam pergaulan.
3.
Untuk Wanita Hamil
Ungkapan ora ilok yang khusus ditujukan untuk
wanita hamil dapat diperhatikan pada data berikut :
·
Ora ilok, wong
meteng mateni kewan, mengko anake cacat ‘tidak baik, orang hamil membunuh
binatang, nanti anaknya bisa cacat’. Fungsi ungkapan ini adalah nasihat dari
orang yang lebih tua kepada wanita. yang sedang hamil. Dengan larangan untuk
tidak membunuh hewan ini diharapkan si ibu dapat memberikan contoh kepada anaknya
supaya kelak si anak menjadi pribadi yang baik dan penyayang. Selain itu,
diharapkan anaknya kelak menjadi anak yang sabar dan menghormati sesama makhluk
Tuhan serta menjadi anak yang berbudi pekerti luhur.
·
Ora ilok, wong
meteng lungguh neng tampah ‘tidak baik wanita hamil duduk di atas tampah’. Ora
ilok, orang yang sedang hamil duduk di atas tampah. Secara rasional kalau
tampah itu diduduki orang yang sedang hamil akan rusak, dan bisa mengganggu
kesehatan orang yang sedang hamil dan bayinya. Bahkan bila tampah diduduki oleh
siapapun logikanya akan rusak karena fungsi tampah bukan untuk diduduki. Makna
dari ungkapan ini adalah orang yang sedang hamil sebaiknya menjaga sikap dan
tingkah laku supaya anak yang dilahirkannya kelak akan menjadi anak yang berperilaku
dan berbudi pekerti yang baik.
4.
Untuk Umum.
Berdasarkan data, contoh ungkapan ora ilok yang
difungsikan untuk umum atau semua usia adalah sebagai berikut :
·
Ora ilok mangan karo
ngomong ‘tidak baik makan sambil bicara’. Dilihat dari bentuknya, larangan ini
berlaku untuk umum, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Larangan ini pun
mempunyai makna yang tidak diungkapkan secara langsung. Makna larangan ora ilok
mangan karo ngomong ini merupakan ajaran atau nasihat supaya dalam hidup, orang
harus bertingkah laku yang sopan dengan tidak melakukan hal-hal yang tidak
pantas. Selain itu, jika larangan itu dilakukan (makan sambil bicara) bisa
menyebabkan tersedak.
·
Ora ilok mangan karo
mlaku ‘tidak baik makan sambil berjalan’. Dilihat dari bentuknya, larangan ini
berlaku untuk umum, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Larangan ini pun
mempunyai makna yang tidak diungkapkan secara langsung. Makna larangan ora ilok
mangan karo mlaku ini merupakan ajaran atau nasihat supaya dalam hidup, orang
bertingkah laku sopan dan sesuai dengan norma, dan tidak melakukan hal-hal yang
tidak pantas. Selain itu, secara rasional kalau makan sambil berjalan tentu
saja makanannya bisa kotor terkena debu atau kuman yang akan membahayakan
kesehatan orang yang bersangkutan.
·
Ora ilok ngidoni sumur,
mengko lambene guwing ‘tidak baik meludahi sumur, nanti bibirnya akan sumbing’ Ungkapan
ora ilok ngidoni sumur, mengko lambene guwing ini berfungsi sebagai nasihat
untuk umum, dari anak-anak hingga dewasa. Meludahi sumur akan menyebabkan bibir
sumbing tidak irasional/tidak logis. Akan tetapi, secara rasional, bisa
dimaknai ludah itu kotor, dan air sumur digunakan untuk memasak, minum, mandi
dan sebagainya. Jadi air sumur sebaiknya harus selalu dalam keadaan bersih dan
sehat. Bila air sumur diludahi, maka akan menjadi kotor dan tidak baik untuk
dipergunakan sehari-hari. Makna yang tersirat dalam ungkapan ini adalah sebagai
manusia sebaiknya selalu bertingkah laku yang sopan, dan jangan melakukan
perbuatan yang tidak pantas.
·
Ora ilok mbuwang
uwuh neng longan ‘tidak baik membuang sampah di bawah tempat tidur’. Ungkapan
ora ilok yang artinya dalam bahasa Indonesia ‘tidak baik membuang sampah di
bawah tempat tidur’ itu tentu saja tidak pantas dilakukan karena tidak baik
untuk kesehatan, sebab kalau sampah itu membusuk bisa menjadikan bau tidak
sedap/tidak enak. Selain itu, bisa juga sampah akan menjadi sarang bibit
penyakit. Ungkapan ini berfungsi untuk umum dan sebagai nasihat untuk semua
orang supaya melakukan segala sesuatu sesuai dengan etika.
·
Ora ilok nyapu
bengi-bengi ‘tidak baik menyapu malam-malam’. Ungkapan ora ilok nyapu
bengi-bengi ‘tidak baik menyapu pada malam hari’ merupakan larangan yang
ditujukan untuk umum. Malam hari adalah waktu untuk istirahat/tidur. Oleh
karena itu, tidak baik menyapu pada malam hari karena debu yang beterbangan
bisa mengganggu orang yang sedang tidur. Selain itu, menyapu pada, malam hari
dikhawatirkan kotoran yang disapu kurang bersih.
"Ora ilok sebagai Pelajaran Berbudi
Pekerti".
Budi pekerti secara umum adalah moral dan
kelakuan yang baik dalam menjalani kehidupan. Budi pekerti adalah tuntunan
moral yang paling penting karena budi pekerti merupakan induk dari segala
etika, tata krama,tata susila, dan perilaku baik dalam pergaulan dan kehidupan
sehari-hari.
Penanaman budi pekerti pertama-tama bisa
dilakukan oleh orang tua dan keluarga di rumah sejak masa kanak-kanak,
selanjutnya di sekolah, pesantren, dan kemudian di masyarakat baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Budi pekerti merupakan suatu perilaku positif
yang dilakukan melalui kebiasaan. Artinya, seseorang diajarkan melakukan hal
yang baik mulai dari masa kecil sampai dewasa melalui latihan-latihan, misalnya
cara berpakaian, cara berbicara, cara menghormati orang lain, cara makan dan
minum, cara masuk dan keluar rumah dan sebagainya.
Orang tua Jawa terutama para generasi tua,
mulai menanamkan pengertian tentang hal yang baik dan benar untuk dilakukan
sesuai dengan etika melalui banyak cara, antara lain dengan menggunakan
ungkapan ora ilok.
Secara tidak langsung, ungkapan ora ilok, ini
merupakan salah satu cara yang arif untuk mengingatkan keluarganya untuk
bersikap sopan, bertindak sesuai dengan tata krama. Dengan mematuhi dan tidak
melanggar larangan ora ilok ini, secara tidak langsung orang sudah memberikan
pelajaran berbudi pekerti.
Pendidikan budi pekerti melalui ungkapan ora
ilok merupakan usaha untuk menyiapkan anak menjadi manusia seutuhnya yang
berbudi pekerti luhur dalam kehidupan sekarang dan masa yang akan datang.
Banyak hal yang dapat dipetik dari ungkapan ora ilok tersebut, salah satunya
adalah pitutur atau nilai budi pekerti yang masih relevan dengan nilai-nilai
yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat sekarang ini.
Di samping itu, pelajaran berbudi pekerti
merupakan upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan, dan
perbaikan perilaku anak agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya
secara selaras, serasi, dan seimbang. Dengan pelajaran berbudi pekerti
diharapkan akan menjadi bekal bagi masa depannya, karena budi pekerti luhur
dapat menciptakan sikap sopan santun dalam bersikap dan berbuat baik, tertib
menurut adat yang baik yang menunjukkan tingkah laku yang beradab. Dalam
ungkapan ora ilok ini, penanaman etika dihubungkan dengan norma sopan santun,
tata cara berperilaku yang baik dalam pergaulan bermasyarakat.
"Kesimpulan"
Ungkapan ora ilok dalam bahasa Jawa masih
sering digunakan oleh masyarakat Jawa, terutama di daerah-daerah yang belum
banyak mendapat pengaruh budaya modern. Ora ilok dalam bahasa Jawa mengandung
pesan moral dan nilai-nilai kebaikan atau budi pekerti bagi masyarakat Jawa.
Ungkapan tersebut dimaksudkan agar seseorang tidak melakukan perbuatan yang
tidak sopan atau melanggar unggah-ungguh. Di lihat dari bentuknya, ungkapan ora
ilok berupa larangan, dengan disertai akibat, tanpa disertai akibat, dan
diungkapkan dengan bahasa Jawa ragam ngoko. Sedangkan dari fungsi dan maknanya
ungkapan ora ilok ini dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu untuk anak-anak,
untuk anak gadis, untuk wanita hamil, dan untuk umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar