Terjebak macet, siapa yang mau? Jenuh, gerah, bosan, pengap dan
bising, itu sebagian alasannya. Terlebih bila berada di dalam sebuah kendaraan
yang tidak layak pakai dan dalam waktu yang lama pula. Pendek kata, “macet”
telah menjadi suatu momok yang menakutkan.
* Ustadz Abdullah Zaen. MA
Segala cara dilakukan, baik oleh pribadi maupun institusi, untuk
menghindari atau mengurai kemacetan. Mencari jalur alternatif, menentukan waktu
yang tepat untuk bepergian, memilih kendaraan yang nyaman dan full fasilitas
guna membunuh kejenuhan bilamana harus terjebak kemacetan, dan sekian banyak
usaha lainnya.
Tapi pernahkah kita berpikir, bahwa kemacetan itu bukan hanya terjadi
di dunia? Ada kemacetan lain yang jauh lebih mengerikan, yakni di akhirat. Lalu
apa pula yang sudah kita persiapkan agar tidak terjebak di dalam kemacetan
tersebut?
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mengingatkan,
لَا
تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا
أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ
وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ
Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat hingga
ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia manfaatkan, tentang ilmunya apa yang
sudah diamalkan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia
nafkahkan, serta tentang tubuhnya untuk apa ia pergunakan”. HR. Tirmidzy dari
Abu Barzah al-Aslamy radhiyallahu’anhu dan dinyatakan hasan sahih oleh
Tirmidzy.
Empat jenis pertanggungjawaban di atas inilah yang akan merintangi jalan
seorang hamba di akhirat. Umur, ilmu, harta dan tubuh.
- Umur yang Allah berikan kepada kita di dunia ini, lebih sering kita isi dengan sesuatu yang diridhai-Nya, atau justru sebaliknya?
- Ilmu yang kita ketahui, seberapa persen yang sudah kita amalkan?
- Harta yang kita punyai, didapatkan dengan cara seperti apa? Lalu digunakan untuk apa? Pertanyaan dobel inilah yang akan diajukan pada kita kelak, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas harta yang Allah rizkikan pada kita.
- Tubuh yang kita miliki, lebih banyak kita pergunakan untuk apa? Untuk menjalankan ketaatan kepada Allah kah? Atau untuk berbuat maksiat kepada-Nya?
Ketika seluruh karunia di atas bisa kita pertanggungjawabkan dengan
baik, saat itulah perjalanan kita berikutnya di alam akhirat akan lancar.
Namun, bila justru yang terjadi adalah sebaliknya, maka bersiaplah untuk
terjebak macet di akhirat! Kedua kaki ini akan terpancang kaku! Na’udzubillah
min dzalik…
Berhasil atau tidaknya kita melewati rintangan ini, tergantung taufik
dari Allah ta’ala. Juga sejauh mana persiapan kita di dunia ini untuk
menghadapi hari yang maha dahsyat. Selamat bersiap-siap menghadapi hari itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar