Dan Anak Kami, kami bentuk dengan
karakter demikian, hingga di jelang usia dewasanya kini, karakter itu
benar-benar membentuk kepribadian Anak Kami. Dia bengal dan melawan siapa saja
yang tidak disetujuinya. Dan tentu kamilah yang mengunduh pertama kali
kebengalan Anak Kami. Sekarang keadaan terbalik, dulu Anak Kami yang kerap kami
bentak-bentak dan kami cegah keinginannya dengan keras, kini Anak Kami kerap
melakukan itu kepada kami.
Dan aku amati, ternyata bukan hanya
Anak Kami yang terbentuk karakter pembangkang seperti itu, hampir setiap anak
yang kujampai bertemperamen pembangkang, dia di masa kecilnya sering
diperlakukan keras oleh orang tuanya.
Karena pengalaman ini, dengan 2
adik Anak Kami, aku dan suami tidak lagi berani sesangar dulu ketika menghadapi
Anak Kami kecil. Dua adiknya kami beri kelembutan sebanyak mungkin. Bahkan,
ketika mereka jengkel pada kami, kami sengaja mengalah, biar mereka tahu kalau
menghadapi ketidaksetujuan adalah dengan kerendahan hati.
Namun hidup ini bukan hanya berisi
kelembutan dan kerendahan hati, ada kalanya hidup ini perlu ketegasan dan
keberanian. Kalau adik-adik Anak Kami hanya kami ajari mengalah, lembut dan
rendah hati bisa jadi mereka menjadi anak-anak bermental redup. Sebab ini,
ketika adik-adik Anak Kami terlihat tidak berani nakal, kami ajari mereka untuk
nakal dan bandel, agar keberanian dan kecerdasan mengambil keputusan terbentuk.
Cukuplah Anak Kami yang jadi korban
kebodohan kami orang tuanya, "Anak Kami, Anak Kami, maafkan bentakan ayah
dan bundamu dulu."
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” [Q.S. Al-Furqān: 74]
Mencegah Kenakalan anak dengan bentakan dan hardikan hakikatnya si orang tua sedang mengajari "Nak, kalau ada orang nakal atau menyinggungmu, bentak dia, hardik dia, dan lawanlah dia dengan kekerasan "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar