Ibarat sedang menonton film atau sinetron, kebanyakan orang lebih
tertarik mengambil pelajaran atau hikmah dari tokoh-tokoh protagonis
dibandingkan dengan tokoh antagonisnya. Lebih fokus pada aditokoh
daripada antiwirawannya. Mengapa demikian, sebab tokoh antagonis atau
antiwirawan adalah tokoh yang memang disetting sedemikian mungkin agar
"bikin greget", bahkan saking "medegel"nya terkadang ada orang yang
berliput perasaan pingin nginjek-nginjek wajahnya jika bertemu.
Padahal hanya akting, namun bisa menjadikan perasaan penyaksinya terbawa benci-sebenci-bencinya sehingga bisa menutup akal positif dan nalurinya. Itulah kebencian, dia bisa menyingkirkan cahaya lalu mengubahnya menjadi gelap, melunturkan dingin menjadi panas, mendidihkan isi kepala dan menyesakkan seisi dada.
Bukankah, saat kita sedang dibenci oleh seseorang, apapun yang kita lakukan seolah-olah selalu salah dan tidak ada sisi benarnya sama sekali, sekalipun yang kita lakukan sebenarnya adalah benar? atau sebaliknya saat kita membenci seseorang, kita akan kesulitan mencari sisi benarnya, pokoknya sekali dia salah ya harus tetap salah dan tidak boleh benar, seolah demikian. Terkadang dalam hati tersisip sedikit ada nilai yang benar dari orang yang kita benci, hanya saja lebih dominan memilih untuk tetap menyembunyikan nilai benar yang kecil dibalik nilai salah yang besar.
Sehingga Rasulullah sebagai pembawa risalah dan penebar kasih sayang bagi semesta alam pernah menyampaikan, cintailah hanya sekedarnya saja (agar kamu tahu ada hak "benci") dan bencilah juga hanya sekedarnya saja (agar kamu tahu ada hak "cinta").
Padahal hanya akting, namun bisa menjadikan perasaan penyaksinya terbawa benci-sebenci-bencinya sehingga bisa menutup akal positif dan nalurinya. Itulah kebencian, dia bisa menyingkirkan cahaya lalu mengubahnya menjadi gelap, melunturkan dingin menjadi panas, mendidihkan isi kepala dan menyesakkan seisi dada.
Bukankah, saat kita sedang dibenci oleh seseorang, apapun yang kita lakukan seolah-olah selalu salah dan tidak ada sisi benarnya sama sekali, sekalipun yang kita lakukan sebenarnya adalah benar? atau sebaliknya saat kita membenci seseorang, kita akan kesulitan mencari sisi benarnya, pokoknya sekali dia salah ya harus tetap salah dan tidak boleh benar, seolah demikian. Terkadang dalam hati tersisip sedikit ada nilai yang benar dari orang yang kita benci, hanya saja lebih dominan memilih untuk tetap menyembunyikan nilai benar yang kecil dibalik nilai salah yang besar.
Sehingga Rasulullah sebagai pembawa risalah dan penebar kasih sayang bagi semesta alam pernah menyampaikan, cintailah hanya sekedarnya saja (agar kamu tahu ada hak "benci") dan bencilah juga hanya sekedarnya saja (agar kamu tahu ada hak "cinta").
Tidak ada komentar:
Posting Komentar