Rabu, 01 Februari 2017

Membayar "HUTANG"

Kata DIIN ( دين ) yang biasa diartikan 'agama', seakar dengan kata DAIN ( دين ) yang maknanya adalah 'hutang'. Tersusun dari tiga huruf yang sama, hanya harakatnya yang berbeda. Keduanya_agama dan hutang_menggambarkan hubungan antara dua pihak, di mana salah satunya memiliki kedudukan lebih tinggi dari yang lain. Agama adalah hubungan Allah dengan manusia, sedangkan hutang adalah hubungan yang memberi hutang dengan yang menerimanya. Keduanya memiliki kesamaan, yaitu kewajiban untuk membayar.
Lalu bagaimana cara membayar Allah...?

Disadari ataupun tidak, manusia itu "super kere", bagaimana tidak super kere, selain tidak memiliki apapun, manusia juga banyak berhutang kepada Allah. Bukankah sudah sedemikian banyak nikmat-Nya yang diterima oleh manusia? Sebanyak yang manusia terima, sebanyak itu pula manusia seharusnya mengembalikannya. Perhatikanlah, bukankah bulan memancarkan sinarnya sebanyak cahaya matahari yang diserapnya, dan lebah menghasilkan madunya sesuai kadar dan warna kembang yang diisapnya.
Namun jangan khawatir, sekalipun manusia banyak hutang, tapi Allah bukan Maha Tega yang akan memaksa manusia harus membayar sesuai dengan yang dianugerahkan.
Tersuratnya lafazh DIIN dan DAIN menyiratkan bahwa keberagamaan menuntut adanya 'pembayaran hutang' kepada Allah. Namun karena manusia bisa dipastikan tidak akan mampu membayarnya, maka dengan cara berserah diri (ISLAM) itulah pembayaran hutang tersempurna. Tentu saja saat manusia sudah berikrar berserah diri, secara otomatis dia harus tunduk mengikuti perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dan dalam keadaan berserah diri demikan, manusia hakikatnya sedang berdiri pada titik tidak memiliki suatu apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar