ادخال السرور من اخلاق الرسول .
"Menyenangkan hati seseorang adalah
bagian dari akhlak mulia Rasululloh"
Dikisahkan: pada suatu saat datanglah
seorang miskin kepada Rosulullah SAW dengan membawa hadiah semangkuk buah
anggur. Rosul pun menerima hadiah itu dan mulai memakannya. Biasanya,
Rosulullah selalu memberi makanan kepada para sahabat jika ada yang memberi
sedekah dan beliau sendiri tidak ikut makan. Sementara jika ada yang memberi
hadiah, Rosul juga memberi kepada para sahabat dan beliau pun ikut makan. Namun
kali ini berbeda, Beliau memakan buah pertama lalu tersenyum kepada orang
tersebut.
Beliau mengambil buah kedua lalu
tersenyum kembali. Orang yang memberi anggur itu serasa terbang bahagia karena
melihat Rosulullah menyukai hadiahnya. Sementara para sahabat melihat beliau
dengan penuh rasa heran. Tak biasanya Rosulullah makan sendirian. Satu per satu
anggur itu diambil oleh Rosulullah dengan selalu tersenyum, hingga semangkuk
anggur itu habis tak bersisa. Para sahabat semakin heran dan orang miskin itu
pulang dengan hati penuh bahagia.
Lalu seorang sahabat bertanya kepada
Rosulullah SAW, "Wahai Rosulullah, mengapa engkau tidak mengajak kami ikut
makan bersamamu?"
Rosul pun tersenyum dan menjawab,
"Kalian telah melihat bagaimana wajah bahagia orang itu dengan memberiku
semangkuk anggur. Dan ketika aku memakan anggur itu, kutemukan rasanya masam.
Dan aku takut jika mengajak kalian ikut makan denganku, akan ada yang
menunjukkan sesuatu yang tidak enak hingga merusak kebahagiaan orang itu".
Sungguh besar kepeduliaan Rosulullah SAW
dalam menjaga perasaan orang lain. Apalagi yang mampu kita ucapkan ketika melihat
akhlak dan budi pekerti beliau, sungguh benar Firman Allah SWT yang berbunyi,
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya engkau
benar-benar, berbudi pekerti yang luhur". (QS.Al-Qalam:4)
Mudah-mudahan kita sebagai umat Beliau
dapat mencontoh Akhlak-akhlak yang ada pada junjungan kita Syayyidina
Rosulullah Muhammad SAW. sehingga membuat simpati umat-umat yang lain.
اللهم صل على سيدنا محمد الحبيب المحبوب شافى العلل
ومفرج الكروب وعلى اله وصحبه وسلم...
*****
Idkholus suruur adalah sebentuk akhlak
mulia yang amat dianjurkan, tapi bukannya tanpa resiko salah paham.
Di akhir pengajian suatu malam, Mbah
Kusnan sang tuan rumah menjamu Mbah Bisri Mustofa dengan berbagai hidangan
makan larut malam yang lezat-lezat. Mbah Bisri, beberapa santri pendhereknya
dan sejumlah tamu undangan pun menikmati pesta dengan lahapnya. Habis nasi di
piring Mbah Bisri dan teh manis pun telah diminum pula, Mbah Kusnan buru-buru
menyodorkan setandan pisang kehadapan kiyai pujaannya itu.
Meskipun sudah merasa kenyang, Mbah Bisri
ber- idkhoolus suruur kepada Mbah Kusnan.
“Waahh!” serunya dengan suara riang,
“sampeyan kok tahu saja kesukaan saya!”
Keruan, Mbah Kusnan merasa amat bahagia
khidmahnya diterima.
Esok harinya, sebelum Mbah Bisri selesai
mengaji waktu dluha, telah datang kiriman setandan pisang.
“Dari Mbah Kusnan”, santri yang menerima
melaporkan.
Esoknya lagi, pada waktu yang sama,
setandan pisang datang lagi. Dan besoknya lagi, dan besoknya lagi…. Hingga
berminggu-minggu Mbah Kusnan beristiqomah mengirim tandan pisang setiap
harinya. Sampai-sampai, Mbah Bisri pun mblêngêr.
“Kang Kusnan ini gimana?” keluhnya, “apa
dikiranya aku ini
ménco ?”
* * * *
Idkholus surur juga terkadang tidak
mudah.
Kiyai Ahmad Abdul Hamid, Kendal, Rois
Syuriyah PWNU Jawa Tengah waktu itu, terkenal sebagai penggemar olah raga.
Walaupun sudah sepuh, beliau tetap aktif
dalam berbagai kegiatan olah raga, dari jogging sampai dengan sepak bola.
Kiyai Ahmad juga senantiasa membina
hubungan baik dengan segala kalangan. Tidak aneh jika, ketika seorang pengusaha
setempat berisnvestasi membangun kolam renang publik, Kiyai Ahmadlah yang
diminta meresmikannya.
Karena Kiyai Ahmad adalah seorang olah
ragawan –dan untuk memenuhi unsur entertainment —maka diagendakan bagi beliau
untuk melakukan “lompatan pertama” dari menara kolam. Tak tanggung-tanggung,
sang pengusaha menghadiahkan sepotong celana renang untuk beliau kenakan bagi
keperluan itu.
Jelas, ini situasi yang sulit. Demi
idkholus surur , Kiyai Ahmad merasa tak
sampai hati menyingkirkan celana renang pemberian si pengusaha. Tapi, celana
itu tak cukup panjang untuk menutupi auratnya.
Apa akal?
Pada waktu yang ditentukan untuk acara
peresmian itu, Kiyai Ahmad tampil di puncak menara kolam, bercelana panjang,
dengan celana renang dikenakan diluarnya laksana Superman!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar