مَنْ أَهَانَ السُّلْطَانَ أَهَانَهُ اللهُ.
Barangsiapa yg
menghina seorang penguasa, maka Allah akan menghinakannya. (HR al-Tirmidzi)
Hadits ini
memberikan pesan:
1. Larangan menghina
atau menghujat seorang pemimpin dan anjuran menasehati dan bersabar atasnya.
2. Maksud pemimpin
dalam hadits tsb, adalah setiap orang yg memiliki kekuasaan dan tanggungjawab
terhadap kaum Muslimin seperti khalifah, presiden, amir, gubernur, bupati dan
seterusnya.
3. Allah akan
menghinakan orang yg menghina pemimpin di dunia, karena telah berusaha menghina
seseorang yg diberi kemuliaan oleh Allah.
4. Allah akan
menghina orang yg menghina seorang pemimpin di akhirat kelak karena telah
durhaka kepada Allah.
(Al-Imam Ibnu ‘Illan
al-Shiddiqi, kitab Dalil al-Falihin li-Thuruq Riyadh al-Shalihin, 3/124).
Abu Usman az-Zahid
mengatakan: "Nasihatilah para penguasa, perbanyakanlah doa untuk mereka
agar mereka melakukan kebaikan dan kebenaran dalam beramal dan menjalankan
hukum. Sesungguhnya jika mereka baik, maka akan baiklah rakyat. Hati2lah kamu!
Jangan sampai kamu mendoakan keburukan atau melaknat mereka, kerana yg demikian
hanya akan menambah kerusakan keadaan orang2 Islam. Tetapi mintakanlah ampunan
kepada Allah untuk penguasa (pemerintah dan pemimpin), semoga mereka
meninggalkan perbuatan yg tidak baik, kemudian dihilangkanlah musibah dari kaum
Muslimin”.
(kitab Al-Jamii Li
Syu’abil Iman. 13/99. Al-Baihaqi. Cetakan Dar as-Salafiyah).
Dengan demikian,
Islam mengajarkan untuk tetap bersikap santun dan taat terhadap pemimpin.
Karena seorang pemimpin itu merupakan representasi dari rakyat atau masyarakat
yg memilihnya. Jika masyarakatnya baik maka kemungkinan besar pemimpinnya juga
baik begitu juga sebaliknya. Karena itu, islam melarang untuk menghujat dan
menghina pemimpin meski Ia pemimpin yg zalim karena hal tersebut bisa mengindikasikan
dirinya yg juga zalim.
Yang perlu dilakukan
ketika mendapati pemimpin zalim adalah menasehati dan bersabar atasnya dgn cara
terus mendoaknnya supaya menjadi baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar