Melafalkan
Allahumma shalli 'ala Muhammad adalah sesuai dengan arahan Rasulullah dalam
bershalawat dan bershalat. Namun, menambahkan
sayyidina sehingga menjadi 'Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad'
اللهم صل على سيدنا
محمد
adalah mengedepankan
etika (adab), dan dapat dibenarkan.
Rasulullah sendiri
adalah seorang Sayyid. Karena
itulah beliau pernah bersabda, "Ana sayyidu waladi Adam."
Sahabat
beliau, misalnya Abdullah ibn Mas'ud juga mempunyai shalawat dengan penyebutan
Sayyidina, yaitu
اللهم اجعل صلواتك ورحمتك وبركاتك على سيد المرسلين
Para
ulama sepakat atas kebolehan menambah lafad sayyidina sebelum Muhammad. Syaikh
Ibrahim al-Bajuri dan Syaikh Ibn Abdis Salam memilih pendapat bahwa menambahkan
sayyidina itu lebih utama, karena hal ini adalah bagian dari etika kepada Nabi,
dan berpijak pada kaidah bahwa menjaga etika itu lebih utama daripada
mengerjakan perintah, 'Mura’atul Adab afdhalu minal imtitsal.'
Disebutkan
dari Syekh Izz ibn Abdissalam bahwa menambah gelar 'sayyid' dalam shalat
didasari perbedaan pendapat, apakah yang utama itu mengikuti perintah
Rasulullah atau melaksanakan etika? Aku berkata: "Yang jelas bagiku dan
yang aku lakukan di dalam shalat, atau lainnya adalah menyebut gelar Sayyid.
أن الإتيان بها فى الصلاة ينبنى على الخلاف هل الأولى امتثال الأمر أو سلوك الأدب؟
قلت: والذي يظهر لي وافعله فى الصلاة وغيرها الإتيان بلفظ السيد
Tentang
kaidah ini, terdapat dua hadis yang mendukungnya.
Pertama,
ketika Abu Bakar (Ibn Abi Quhafah) diperintah Nabi untuk menggantikan beliau
sebagai imam shalat Shubuh, Abu Bakar tidak mematuhinya, kemudian berkata:
ما كان لابن أبي قحافة أن يتقدم بين يدي رسول الله
“Tidak
sepantasnya bagi Abu Quhafah (nama lain dari Abu Bakar) untuk maju di depan
Rasulullah.”
Kedua,
Ali Ibn Abi Thalib enggan menghapus nama Rasulullah dari lembaran perjanjian
Hudaibiyah, padahal itu diperintahkan Rasul, kemudian ia berkata:
لا امحو إسمك ابدا
“Saya
tidak akan menghapus namamu selamanya.”
Kedua
kisah ini disebutkan dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim. Penetapan atau
kerelaan Nabi atas keengganan atau ketidakpatuhan sahabat Abu Bakar dan Ali,
karena mendahulukan etika dari pada perintah, menunjukkan bahwa menjaga etika
itu lebih utama dari pada melaksanakan perintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar