اَلْحَمْدُ
للهِ الَّذِيْ اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى
الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ, اَشْهَدُ أَنْ لآ إلَهَ إِلاَّ الله
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لاَ نَعْبُدُ اِلاَّ اِيـَّاهُ مُخْلِصِيْنَ وَلَوْ كَرِهَ
الْمُشْرِكُوْنَ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَلَوْ
كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ, اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَلَّذِيْنَ هُمْ لِطَاعَتِهِمْ خَالِصُوْنَ. اَمَّا
بَعْدُ: فَياَ عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ
وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْـمِ
: الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَ إِنَّا
إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah
bersama-sama kita tingkatkan kwalitas taqwa kita kepada Allah swt. bertaubatlah
selalu kepada Allah dengan meminta ampunan kepadanya.
Dalam beberapa
bulan, minggu terakhir, terjadi beberapa musibah yang melanda negeri kita.
Mulai dari gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi (pencairan tanah) yang
menyebabkan amblasnya tanah dan meruntuhkan bangunan di atas bumi, banjir
bandang. Kejadian tersebut membuat kita semua prihatin dan sedih atas musibah
yang menimpa terhadap saudara-saudara kita yang menjadi korban bencana alam.
Saudara-saudara kita yang meninggal akibat bencana tersebut mencapai ribuan.
Rumah-rumah penduduk dan fasilitas umum juga mengalami kehancuran. Dalam
konteks seperti ini, yang paling tepat adalah mengembalikan status bencana
kepada Allah Swt. Dalam QS al-Baqarah ayat 156, Allah
berfirman yang artinya: “(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan: ‘Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji'ûn’ (sesungguhnya kita
semua milik Allah dan kepada Allah pula kita semua kembali).”
Kepada
korban, mari kita
lebih sibuk untuk berempati, berdoa, dan menolong semampu kita. Bukan
mencaci-maki yang bisa menyinggung perasaan mereka yang kini sudah menderita.
Kepada diri sendiri, kita bisa lebih banyak bermuhasabah, beristighfar, dan
berbenah untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah
Teguran
tidak hanya berupa bencana,
yang membuat orang menderita. Ada pula teguran
nikmat. Dalam Islam, teguran yang kedua ini dikenal dengan istilah istidrâj,
yakni situasi yang dialami seseorang yang terlihat makin enak, makin nyaman,
atau makin sejahtera. Meski wujudnya berupa kenikmatan namun sejatinya adalah jebakan. Istidrâj Inilah salah satu pemicu kesombongan
orang-orang yang sedang bergelimang nikmat, harta, merasa baik-baik saja, aman jauh dari
bencana, merasa paling sholeh dan paling taat, paling banyak amal ibadahnya
kepada Allah
lalu terbuai, sombong, merasa tak punya kesalahan, lalu terjerumus dalam
kesesatan dan kedurhakaan. Padahal teguran ini lebih gawat, lebih menakutkan daripada teguran yang berupa bencana.
Jangan merasa aman, jangan karena merasa nyaman, setiap orang yang beriman,
pasti akan diberi cobaan dan ujian
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Bagaimana
langkah yang bijaksana dalam menyikapi bencana dan musibah yang menimpa saudara
kita? Pertama, sebagai sesama saudara sebangsa dan setanah air, kita harus
saling membantu sesuai dengan kemampuan kita.
وَاللهُ
فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
“Allah
akan selalu melindungi hambanya selama hambanya menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
Kedua, sabar, seusungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar
Ketiga,
dalam menyikapi terjadinya musibah gempa bumi, kita harus ridha dengan
ketentuan Allah ﷻ. Semua terjadi atas Qudroh dan
Irodahnya Allah
Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah
Pelajaran
yang bisa diambil dari peristiwa bencana adalah
Yang
pertama muhâsabah atau introspeksi diri. kedua adalah rasa optimisme untuk
bangkit, ini bukan kiamat, masih ada kesempatan memperbaiki diri dan bertobat
sekaligus berusaha menjauhi maksiat, dan Pelajaran ketiga adalah tentang ladang
amal ibadah pascabencana. Jika bencana adalah ujian kenaikan derajat keimanan
dihadapan Allah SWT, maka kenaikan tersebut hanya bisa terjadi
apabila yang bersangkutan benar-benar lulus dari ujian. Bencana alam merupakan
wasilah bagi para korban yang isinya menuntut manusia untuk sabar, ikhtiar,
tawakal, dan semakin mendekatkan diri kepada Allah ﷻ.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Bencana
alam seperti tsunami, gempa bumi, dan gunung meletus, likuifaksi, banjir bandang
adalah fenomena yang tidak bisa dikendalikan manusia. Ini bukti kelemahan
manusia, dan seyogianya bencana alam menyadarkan mereka, menyadarkan kita untuk
kian merendah serendah-rendahnya di hadapan Allah ﷻ. Bila bencana itu disadari akibat kesalahan manusia,
maka seharusnya bencana alam berdampak pada perubahan sikap kita menjadi lebih
baik. Semoga
saudara-saudara kita di Lombok, Palu, dan Donggala, dan Sumatera diberi kesabaran,
ketabahan, kekuatan, kemudahan dalam menghadapi semuanya.
Ya Allah
jadikanlah negeri ini menjadi Negara yang aman dan selamat dari segala musibah,
negara yang tentram, makmur, dan selalu mendapatkan perlindunganmu ya Allah.
Negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Amîn ya rabbal ‘alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar