Ma’asyirol Muslimin Rohimakumullah
(diisi muqoddimah dan wasiat taqwa)
Jamaah Jum’ah yang Dirahmati Allah
Shafar adalah bulan kedua dalam kalender
Hijriyah setelah Muharram. Shafar diartikan sebagai kosong (shifr) atau kuning
(ashfar). disebut kosong (shifr) karena masyarakat Arab pada zaman dahulu
meninggalkan rumah-rumah mereka untuk berperang sehingga menjadi kosong.
Ada sebagian masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa bulan shafar merupakan bulan sial, bulan mala petaka dan bulan bala bencana. Anggapan
sebagian masyarakat ini diperkuat dengan tidak melakukan kegiatan seperti
resepsi pernikahan begitu juga sunatan ataupun melakukan perjalanan jauh,
karena khawatir terjadi sial atau kecelakaan.
Pada dasarnya hari dan bulan dalam satu tahun
adalah sama. Tidak ada hari atau bulan tertentu yang membahayakan atau membawa
kesialan. Keselamatan dan kesialan hakekatnya hanya kembali kepada ketentuan
taqdir Allah, seperti kalimat yang sering dibaca setelah doa dalam tahlilan, bilqodari
khoirihi wasyarrihi minallohi ta’ala.
Ma’asyirol Muslimin Rohimakumullah
Islam mengutus Nabi SAW sebagai pembawa rahmat
agar kehidupan manusia dan alam tetap harmonis. Allah menjadikan manusia
sebagai khalifah dimuka bumi agar mau merawat dan melestarikan bumi demi kelangsungan
kehidupan manusia itu sendiri. Kearifan lokal berupa istilah pantangan berupa pamali/ora ilok, hakekatnya berupa peringatan/nasehat (at-targhib wat-tarhib), demi keselamatan manusia itu sendiri.
Banyak yang menganggap bahwa istilah pamali/ora
ilok itu tidak ada dalilnya? Yang perlu dipahami adalah bahwa tidak semuanya harus pake dalil,
sedikit sedikit minta dalil-minta dalil.
Menjaga/merawat istilah pamali/ora ilok di
masyarakat adalah sebagai wujud kearifan dalam menjalani kehidupan, tentunya
arti dan nilai dari istilah pamali/ora ilok itu sangat besar dan bermanfaat.
Dan memberikan manfaat baik kepada diri pribadi ataupun kepada orang lain
selaras dengan Sabda Nabi yang berbunyi خير الناس انفعهم للناس
Contoh pamali dizaman modern ini adalah ketika
seseorang naik motor (pantangan kalau tidak memakai helem SNI, bawa SIM dan
STNK), hakekatnya ialah untuk keselamatan diri si pengendara itu sendiri, ketika terjatuh
atau ketika ada razia yang dilakukan oleh Polisi. Yang namanya menjaga keselamatan
itu hukumnya wajib, sebagaimana salah satu dasar agama Islam adalah Hifdun
Nafs (menjaga keselamatan jiwa)
Jamaah Jum’ah yang Dirahmati Allah
Di akhir bulan Shafar ini, masyarakat Jawa mengenal
istilah Rabu Wekasan, di masyarakat Aceh menyebutnya Rabu Habeh atau di Cirebon
menyebutnya dengan Ngirab. Hakekatnya berdoa kepada Alloh, berharap semoga
penyakit yang Allah berikan, tidak ke kita, semoga bencana/musibah yang Allah
takdirkan tidak menimpa kepada kita.
Banyak penyakit menular, malah orang-orang disampingnya tidak tertular, contohnya
dirumah sakit yang menangani penyakit menular, misalnya Tuberkulosis (TBC), Cacar Air, Tifus, dan Campak. Dokter, perawat dan orang yang menemani
tidak tertular penyakit dari pasien tersebut. ada penyakit yang tidak menular,
tapi banyak yang mendapati (terkena) penyakit tersebut, (seakan-akan penyakit tersebut menular) misalnya penyakit diabetes, hipertensi, rematik dan stroke.
Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda, لاَ عَدْوَى
وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ
"Tidak ada wabah (yang menyebar dengan
sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung
hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar... " (H.R.Imam
al-Bukhari dan Muslim). Hadits tersebut meluruskan I’tiqod orang jahiliyah,
mereka berkeyakinan bahwa penyakit itu menular dengan sendirinya, tanpa
bersandar pada ketentuan taqdir Ilahiyah. “jika onta yang sehat terkena
penyakir kudis dari onta yang sudah kudisan, onta yang kudisan berasal dari
onta-onta yang lain, kemudian siapa yang menularkan penyakit kudis pada onta
yang pertama kali terkena penyakit kudisan?
Ma’asyirol Muslimin Rohimakumullah
Sakit atau sehat, musibah atau selamat, semua
kembali kepada kehendak Allah penguasa dunia dan akhirat. Penularan penyakit dan musibah yang menimpa seseorang, bukan karena bulan Shafar atau
bulan lainnya, melainkan hanyalah sebuah
sarana berjalannya takdir/ketetapan Allah. walaupun kesemuanya kembali kepada
Allah, tetapi manusia tetap harus ikhtiar atau berusaha untuk bisa sehat dan
selamat, kita harus pandai-pandai mencari hikmah dibalik suatu peristiwa, agar
terhindar dari berbagai musibah, dan sebaik-baik tindakan ketika mendapat musibah adalah
mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar