Seperti disebutkan dalam Hadist, waktu mi'raj
dalam peristiwa Isra Mi'raj, Rasulullah SAW bertemu :
- Langit 1 : Adam as.
- Langit 2 : Isa & Yahya as.
- Langit 3 : Yusuf as.
- Langit 4 : Idris as.
- Langit 5 : Harun as.
- Langit 6 : Musa as.
- Langit 7 : Ibrahim as.
Menurut sy, ada pembelajaran yg bisa diambil
hikmahnya terkait dengan posisi para Nabi ketika proses Mi'raj nya Rasulullah,
yaitu:
- Adam as.; esensinya adalah Taubat, dimana
untuk mengawali proses (perjalanan ruhani) itu harus dimulai dengan proses
Taubat.
- Isa as. & Yahya as.; esensinya adalah
Purifikasi (Shafa), dimana proses taubat itu harus diikuti dengan proses
purifikasi, yg berhubungan dengan "pencucian", "penyucian",
"kesabaran" dan "konsistensi" .
- Yusuf as.; esensinya adalah Ujian dalam
kesabaran, dimana tahapan selanjutnya adalah munculnya ujian (masalah,
hambatan, dsb) yg harus disikapi dengan sabar, tawakal, kejujuran, dan kalau
perlu dengan berkhalwat (ingat saat Yusuf dipenjara) ataupun lewat Uzlah,
sampai akhirnya memunculkan "keindahan" (akhlak, jamalullah),
"hikmah", dan mengikis "kesombongan".
- Idris as.; esensinya adalah ilmu, pemahaman,
atau "pena", dimana jika pintu hikmah telah terbuka maka proses
"ilmu" (pena) pun akan terus-menerus "mengisi" diri,
seperti halnya Laduni dan Makrifat. Perlu diketahui, Nabi Idris itu adalah yang
pertama kali menulis dengan pena, menjahit baju, ilmu perbintangan, ilmu hitung
dan ilmu sejarah.
- Harun as.; esensinya adalah Pelayanan dan
"dakwah". Seperti halnya Harun yg jadi "asisten" yg
"melayani" Nabi Musa dan jadi juru bicaranya Musa yg petal (cadel).
- Musa as. ; esensinya adalah Menguatkan
kerangka syariat (dasar, hukum, dsb), dan juga mindset, dimana selain bertujuan
untuk kebaikan diri sendiri, juga untuk kebaikan alam beserta isinya.
- Ibrahim as.; esensinya adalah Tauhid
semurni-murninya (Ahadiyah), dimana kondisi ini merupakan puncak proses (tidak
ada sesuatupun selain-Nya, Al-Ahad), sampai akhirnya layak menjadi seorang
hamba Allah yang dicintai dan diridhoi-Nya, seperti halnya Ibrahim Khalilullaah
("kekasih Allah").
Dan sesudah melewati ini semua, maka Rasulullah
SAW pun "bertemu" Allah SWT (wushul), dan menerima perintah Shalat,
dimana selain sebagai kewajiban juga bisa berfungsi sebagai alat "mi'raj
para mukmin".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar