قال
الله تعالى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ
عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
مرحبا
يا رمضان...مرحبا شهر الصيام والقيام
شَهرَ
الصِّيَامِ لَقَد عَلَوتَ مُكَرَّمًا * وَغَدَوتَ مِن بَينِ الشُّهُورِ مُعَظَّمًا
Wahai Bulan puasa Ramadhan...
Sungguh diantara bulan-bulan yang lain engkau
telah mengungguli dan dimuliakan..
Dan diantara bulan-bulan itu engkau teramat
mulya dan diagungkan..
يَا صَائِمِی رَمَضَانَ هٰذَا شَهۡرُكُمۡ *
فِيۡهِ اَبَاحَكُمُ اۡلمُهَيۡمِنُ مَغۡنَمًا
Wahai orang-orang yang berpuasa Ramadhan...
Inilah bulanmu, di dalamnya Allah akan
memberikan keuntungan dan anugerah kepadamu kalian..
يَا فَوۡزَ مَنۡ فِيۡهِ اَطَاعَ اِلٰهَهُ *
مُتَقَرِّبًا مُتَجَنِّبًا مَا حُرِّمَا
Alangkah beruntungnya orang yang ta'at pada
Allah di bulan Ramadhan..
Mendekat pada-Nya, dan meninggalkan yang
diharamkan..
فَالۡوَ يۡلُ كُلَّ الۡوَيۡلِ لِلۡعَاصِى الَّذِى
* فِى شَهۡرِهِ اَكَلَ الۡحَرَامَ وَاَجۡرَمَا
Dan kecelakaan berat bagi orang yang durhaka
dan kemaksiatan..
Yang di dalam bulan Ramadhan ini ia hanya makan
yang haram dan berbuat dosa dan kedurhakaan..
معاشر المسلمين رحمكم الله وهداكم..
Sebentar lagi tamu yang mulia akan segera tiba
menyapa kita. Yaitu bulan Ramadhan yang penuh berkah, Tamu terhormat yang
datang dengan membawa segudang peluang dan kesempatan emas bagi kita umat Nabi
Muhammad saw. Kenapa dikatakan demikian? Karena di dalam bulan Ramadhan
terkandung kemuliaan dan keistimewaan yang amat besar, yang tak bisa dijumpai
pada bulan-bulan lainnya. Nilai ibadah dilipatgandakan, do'a-do'a dikabulkan,
dosa-dosa diampuni, pintu surga dibuka, sementara pintu neraka ditutup.
Ramadhan, tak ubahnya tamu agung yang selalu
dinanti-nanti kedatangannya, maka sangatlah rugi orang yang tidak dapat bertemu
dengannya, namun akan lebih rugi lagi bagi mereka yang menjumpainya, namun
tidak mengambil sesuatu darinya (yakni tidak menggunakannya sebagai moment
meningkatkan kualitas ibadah dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT).
Sebagaimana telah diperingatkan oleh Nabi SAW :
وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانَ
ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَلَهُ
“Sungguh celaka seseorang yang mendapatkan bulan
ramadhan kemudian berakhir bulan ramadhan tapi dosanya tidak diampuni.” (HR.
Tirmidzi)
Sebelum tamu mulia Ramadhan datang, Kami
mengajak diri diri Kami dan jama’ah jum'ah sekalian, marilah kita persiapkan
diri kita lahir maupun batin, buanglah rasa ego, keangkuhan, dan sifat sombong,
tanamankan rasa malu kepada Allah dan Rasul-Nya. Malu untuk berbicara yang
tidak baik, serta menyakiti orang lain, jangan sampai kita terjebak oleh
strategi syetan, yang membuat puasa kita sia-sia.
Persiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam
rangka menyambut bulan yang penuh berkah tersebut, sehingga kita dapat
memanfaatkannya secara maksimal untuk beribadah mendekatkatkan diri kepada
Allah swt. Dengan demikian, apa yang menjadi Tujuan Akhir dari puasa ramadhan
ini, yakni derajat "Ketaqwaan" dapat kita raih.
Untuk itulah, Rasulullah SAW tak lupa berpesan
kepada umatnya ketika bulan Ramadhan datang, sebagaimana hadits yang
diriwayatkan Imam An-Nasa'i dari Sayyidina Abu Hurairah RA
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ
فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ
وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرْدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ.
فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. رواه النسائي, سنن النسائي الجزأ ٧. ص
٢٥٦ : (٢٠٧٩)
Diriwayatkan dari Sayyidina Abu Hurairah RA.
beliau berkata, Rasulullah saw bersabda : "Sungguh telah datang pada
kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, yang mana pada bulan tersebut
Allah SWT mewajibkan kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu, pintu-pintu langit
dibuka, sementara pintu-pintu neraka ditutup serta syaitan-syaitan dibelenggu.
Pada bulan itu terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan”.(HR.
An-Nasa'i)
Oleh karena itu, marilah kita sambut kedatangan
bulan Ramadhan dengan penuh suka cita “Marhaban Ya Ramadhan (selamat datang
bulan Ramadhan), kami sambut kedatanganmu dengan penuh suka cita.”
Ada beberapa sikap terpuji yang dilakukan para
ulama salafus shalih terdahulu dalam menyambut bulan suci Ramadhan yang patut
untuk diteladani:
Pertama. Mereka menyambut Ramadhan dengan
kegembiraan dan kebahagiaan.
Imam Yahya bin Abi Katsir meriwayatkan bahwa
orang-orang salaf terdahulu selalu mengucapkan doa
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ
وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ
"Ya Allah berkahilah Kami dalam bulan
Rajab dan bulan Sya’ban, dan sampaikanlah aku dengan selamat ke bulan
Ramadhan,".
Sampai kepada Ramadhan adalah kebahagiaan yang
luar biasa bagi mereka, karena pada bulan itu mereka bisa mendapatkan nikmat
dan karunia Allah yang tidak terkira. Tidak mengherankan jika kemudian Nabi saw
dan para sahabat menyambut Ramadhan dengan senyum dan tahmid, dan melepas
kepergian Ramadhan dengan tangis.
Kedua. Dengan pengetahuan yang mendalam.
Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam
yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Ibadah puasa mempunyai ketentuan
dan aturan yang harus dipenuhi agar sah dan sempurna. Sesuatu yang menjadi
prasyarat suatu ibadah wajib, maka wajib memenuhinya dan wajib mempelajarinya.
Ilmu tentang ketentuan puasa, minimal tentang hal-hal yang menjadi sah dan
tidaknya puasa.
Persepsi dan pengetahuan yang utuh tentang bulan
Ramadhan akan menghindarkan diri dari kesalahan-kesalahan yang bisa merusak
ibadah Ramadhan, lantaran disebabkan oleh ketidaktahuan kita. Persepsi yang
utuh tentang keutamaan Ramadhan akan mendorong tumbuhnya motivasi dari dalam
diri untuk menjalani ibadah dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, pada bagian
ini, persiapan-persiapan yang bisa dilakukan adalah dengan banyak bertanya dan
belajar tentang hal-hal yang berhubungan dengan puasa. Seseorang akan mampu
mengerjakan sesuatu dengan sempurna dan riang gembira jika ia tahu dengan pasti
apa alasan, tujuan dan manfaat di balik sesuatu yang akan ia kerjakan.
Ketiga. Dengan selalu berdo’a.
Bulan Ramadhan selain merupakan bulan karunia
dan kenikmatan beribadah, juga merupakan bulan tantangan. Tantangan menahan
nafsu untuk yang selalu mengajak kita untuk berbuat jahat, tantangan untuk
menggapai kemuliaan malam lailatul qadar dan tantangan-tantangan lainnya. Dan
keterbatasan kita sebagai manusia, mengharuskan untuk selalu berdo’a dan
memohon kepada Allah SWT, agar termotivasi dan optimis, mampu memaksimalkan
ibadah dan dapat melalui bulan Ramadhan dengan sempurna.
Keempat. Dengan mengokohkan tekad serta merencanakan secara
matang untuk mengisi Ramadhan.
Niat dan azam adalah bahasa lain dari planing
atau perencanaan. Orang-orang soleh terdahulu selalu merencanakan pengisian
bulan Ramadhan dengan cermat dan optimis. Berapa kali mereka merencanakan akan
mengkhatamkan membaca al-Quran, berapa kali shalat malam, berapa akan
bersedekah dan membari makan orang berpuasa, berapa kali akan menghadiri
pengajian. Itulah planing yang benar mengisi Ramadhan, bukan hanya sekedar
memplaning atau merencanakan menu makan dan pakaian kita untuk Ramadhan, namun
lebih diarahkan kepada perencanaan yang matang untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas ibadah kita selama Ramadhan.
Kelima. Persiapan Ruh dan Jasad, jasmani dan ruhani.
Rasulullah SAW dan orang-orang shalih tidak
pernah menyia-nyiakan keutamaan Ramadhan sedikitpun. Rasulullah dan para
sahabat memperbanyak puasa dan bersedekah pada bulan Sya’ban sebagai latihan
sekaligus tanda kegembiraan menyambut datangnya Ramadhan.
Sayyidina Anas bin Malik RA. berkata: ”Ketika
kaum muslimin memasuki bulan Sya’ban, mereka sibuk membaca Alquran dan
mengeluarkan zakat mal untuk membantu fakir miskin yang berpuasa.”
Dengan mengondisikan diri pada bulan Sya’ban
untuk berpuasa, bersedekah dan memperbanyak ibadah, kondisi ruhiyah akan
meningkat, dan tubuh akan terlatih berpuasa Dengan kondisi seperti ini, maka
ketika memasuki bulan Ramadhan, kondisi ruh dan iman telah siap dan semakin
membaik, maka selanjutnya akan dapat langsung menyambut bulan Ramadhan yang
mulia ini dengan amal dan kegiatan yang dianjurkan.
Keenam. Persiapan Materi.
Kemudian yang harus kita perhatikan menyongsong
bulan Ramadhan adalah persiapan finansial atau materi. Persiapan materi di sini
tidak dimaksudkan untuk membeli kebutuhan berbuka dan sahur yang mewah dan
mahal bahkan kadang terkesan berlebihan. Tapi finansial/materi yang
diperuntukkan untuk menopang ibadah sedekah dan infak kita. Bulan Ramadhan
merupakan bulan muwaasah (bulan santunan, pelipur lara). Sangat dianjurkan
memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat
besar akan didapat manakala ia memberi kepada orang lain yang berpuasa,
sekalipun sekedar sebiji kurma dan seteguk air. Kedermawanan Rasulullah saw
pada bulan Ramadhan sangat besar. Digambarkan dalam beberapa riwayat bahwa
sentuhan kebaikan dan santunan Rasulullah saw kepada masyarakat sampai merata,
lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di sekitarnya.
Semoga kita mendapatkan anugerah terindah bisa
melaksanakan ibadah di bulan ramadhan ini dengan semangat dan sebaik-baiknya
تقبل الله صيامنا وقيامنا وصالح الأعمال في
هذا الشهر الكريم رمضان المبارك. آمين
Tidak ada komentar:
Posting Komentar