Disampaikan Oleh: Habib Umar bin Hafidz dalam
acara Jalsatuddu'at Pertama di JIC (Jakarta Islamic Center) Jakarta Utara, Ahad
malam Senin 15 Oktober 2017 M
Alhamdulillah segala puji milik Allah yang
telah memilih kalian untuk memikul amanah yang agung ini. Semoga Allah menolong
kalian agar bisa menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya. Wahai Allah
rekatkanlah hati dan sanubari-sanubari kami ini dengan hati dan sanubari
orang-orang yang dekat dan Engkau cintai dengan sanad yang kuat yang tersambung
kepada mereka.
Hakikat keistimewaan dalam Islam adalah dengan
memerdekakan nafsu kita dan juga memerdekakan orang lain dari jajahan
nafsu-nafsu mereka sendiri. Allah telah menyebutkan kepada kita tentang perkara
dakwah di jalan Allah dengan cara/metode dakwah yang diterima oleh Allah Swt.
yang bermanfaat bagi masyarakat.
Pertama, memenuhi hati dengan pengagungan
kepada Allah hingga ia takut dan berharap hanya kepada Allah Swt. Sesungguhnya
Allah Swt. mengatur slogan ini di lidahnya para rasul seperti tercantum dalam
al-Quran:
وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ ۖ
إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَىٰ رَبِّ الْعَالَمِينَ
"Dan aku sekali-kali tidak meminta upah
kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta
alam." (QS. asy-Syu'ara ayat 109, 127, 145, 164 dan 180).
Allah memuji orang-orang yang menyampaikan
risalahNya dengan takut hanya kepada Allah dan menjadikan Allah sebaik-baik
perlindungan:
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ
وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ ۗ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ حَسِيبًا
"(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan
risalah-risalah Allah, mereka takut kepadaNya dan mereka tiada merasa takut
kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai
perlindungan." (QS. al-Ahzab ayat 39).
Sesungguhnya yang patut menyandang dakwah di
jalan Allah adalah orang yang hatinya berharap dan takut hanya kepada Allah.
Dan selama di dalam hatinya masih ada titik harapan kepada selain Allah maka
pasti dia tidak akan selamat dari kekacauan dalam dakwahnya. Baik disadari
maupun tanpa disadari ada kepentingan demi sesuatu yang diharapkan selain Allah
atau demi kekhawatiran selain khawatir kepada Allah.
Dan kita pun membaca wahyu Allah di dalam
metode dakwah yang benar, Allah memerintahkan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun:
اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا
"Pergilah kalian berdua kepada Fir'aun,
sampaikan dakwahku, dan ucapkan kepada dia dengan penyampaian yang
lembut." (QS. Thaha ayat 43-44).
Sesungguhnya akal-akal yang berpikiran bahwa
'sesungguhnya engkau belum melaksanakan nahi munkar apabila engkau tidak
berucap dengan kata-kata yang kasar dan keras", maka ucapan dan pemikiran
itu bertentangan dengan wahyu Allah. Lihat wahyu Allah tentang metode dakwah
ini, ketika mengatakan Fir'aun telah berbuat hal-hal yang jahat dan melewati
batas, seharusnya setelah kalimat ini 'kasari dia atau bunuh dia atau habisi
dia', bukan. Melainkan "فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا". Justru metode dakwah kalian adalah
dengan ucapan dan penyampaian yang lembut.
Adapun metode hati adalah dengan harapan dan
optimisme "لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ". Mudah-mudahan ia menjadi ingat
Allah atau takut kepada Allah sehingga ia menjadi sadar.
Di dalam ayat yang lain, Allah memerintahkan:
اذْهَبْ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ.
فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَىٰ أَنْ تَزَكَّىٰ. وَأَهْدِيَكَ إِلَىٰ رَبِّكَ فَتَخْشَىٰ
"Pergilah kepada Fir'aun, sesungguhnya ia
telah melampaui batas. Dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan
bagimu untuk membersihkan diri? Dan kamu akan kubimbing ke jalan Tuhanmu agar
supaya kamu takut kepadaNya?" (QS. an-Nazi'at ayat 17-19).
Bahkan cara ini diajarkan oleh Allah melalui
wahyu kepada para rasulNya. Ketika Nabi Musa disampaikan pengaduan dari kaumnya
tentang Fir'aun yang mengganggu mereka jauh sebelum datangnya Nabi Musa, maka
jawab Nabi Musa:
اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا ۖ إِنَّ
الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
"Mohonlah pertolongan kepada Allah dan
bersabarlah. Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah diperuntukkan kepada siapa
yang dihendakiNya dari hamba-hambaNya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi
orang-orang yang bertakwa." (QS. al-A'raf ayat 128).
Sesungguhnya perkara amar ma'ruf nahi munkar
adalah kewajiban yang penting dan agung sampai hari kiamat. Tapi bagaimana
metode dan caranya? Yakni amar ma'ruf dengan cara yang ma'ruf, dan nahi munkar
pun dengan cara yang ma'ruf. Apabila engkau memerintahkan orang lain untuk
berbuat hal yang ma'ruf (baik) maka perintahkan dengan cara yang ma'ruf. Dan
apabila engkau mencegah orang lain dari perbuatan yang mungkar maka cegahlah
mereka dengan cara yang ma'ruf, bukan mencegah kemungkaran dengan cara yang
mungkar.
Ketika beberapa ulama salaf dahulu menyaksikan
bagaimana masyarakat menggosipkan Hajjaj yang banyak membunuhi dan mendzalimi
ummat Islam, dengan cara menggosip (ghibah) di belakang dan kenyataannya tidak
menghasilkan apa-apa. Maka para ulama salaf berkata, "Sesungguhnya Allah
akan menuntut apa yang dilakukan Hajjaj, sebagaimana Allah juga akan menuntut
orang-orang yang menggosipkan dan mencaci maki Hajjaj atas kedzalimannya."
Dulu di masa Hajjaj, ada sekelompok sahabat
Rasulullah Saw., anak-didik Rasulullah Saw., mereka tidak memahami makna
mencegah dari kemungkaran dengan memaki Hajjaj, atau mengeluarkan kata-kata
yang tidak baik kepada Hajjaj, atau memprovokasi massa untuk melakukan revolusi
menggulingkan Hajjaj. Bukan itu yang mereka pahami dari makna 'Nahi Munkar'
tersebut. Seperti sahabat Abdullah bin Umar Ra. dan para sahabat yang lain
berpendirian demikian, mereka tidak ada satupun yang mendukung Hajjaj atas
kedzaliman dan kemungkaran yang dia lakukan dan mereka juga tidak mencaci maki
Hajjaj.
Siapa gerangan pemimpin dari semua manusia yang
melakukan praktik amar ma'ruf nahi munkar? Siapa pula orang yang paling
mengenal takut kepada Allah? Dan siapakah yang paling mengenal kecemburuan di
dalam agama Allah? Sesungguhnya dialah Nabi Muhammad Saw.
Sebutkan, cacian apa yang pernah keluar dari
lidah Rasulullah Saw. yang ditujukan kepada orang-orang musyrikin Mekkah yang
dahulu pernah mengganggunya? Cacian apa yang pernah keluar dari lidah
Rasulullah terhadap orang-orang munafik Madinah yang dahulu hidup di Madinah
bersama Nabi? Pernahkah kita mendengar cacian Nabi Muhammad Saw. terhadap
orang-orang Yahudi yang sering menggugurkan perjanjian dan kesepakatan bersama
terhadap ummat Islam?
Sesungguhnya Nabi Saw. tidak menyibukkan diri
dari hal demikian dan Nabi Saw. pun tidak berhenti untuk mengajak mereka (ke
jalan Allah Swt.). Dan Nabi Muhammad Saw. mendirikan jihad terhadap orang-orang
tersebut tetapi dengan aturan dan koridor kenabian yang diatur di dalam
sunnahnya. Ketika ada satu kelompok Yahudi yang berkhianat atas suatu janji,
maka yang diusir hanya satu kelompok Yahudi itu, bukan ditimpakan atas seluruh
kaum Yahudi.
Dan kita semua mencintai amar ma'ruf nahi
munkar dan jihad di jalan Allah, kita hidup atas hal tersebut dan rela mati
untuknya, tetapi dengan cara dan metode Rasulullah Saw., Khulafaur Rasyidin dan
Salafus Shalih. Dikatakan kepada Nabi Muhammad, "Ya Rasulullah, sumpahi
mereka kaum musyrikin yang menyerang kita sebab mereka telah membunuh lebih
dari 70 orang, juga telah membelah perut salah seorang sahabat Rasulullah, melukai
dan menumpahkan banyak darah serta melakukan banyak kejahatan." Namun Nabi
Saw. malah menjawab:
إنّيْ لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا؛ وَلَكِنْ بُعِثْتُ
دَاعِيًا وَرَحْمَةً، اللَّهُمَّ اهْدِ قَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
“Sesungguhnya aku tidak diutus menjadi tukang
laknat, akan tetapi aku diutus untuk mengajak kebaikan dan rahmat. Ya Allah
berilah petunjuk kepada kaumku karena sesungguhnya mereka belum tahu.”
Ketika ummat Islam baru pulang dari peperangan,
ada orang-orang munafik memprovokasi umat Islam dengan mengatakan, "Kalau
betul Nabi kalian ini Nabi yang benar maka kalian tidak akan kalah perang,
kalian pasti akan menang." Maka Sayyidina Umar bin Khattab Ra. yang
mendengar ucapan tersebut menjadi geram, lalu menghadap Rasulullah Saw. untuk
meminta ijin membunuh mereka untuk menyelesaikan masalah ini.
Nabi Saw. menjawab, "Wahai Umar
sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) mengucap La ilaha illallah."
Sayyidina Umar bin Khattab Ra. lalu berkata,
"Sesungguhnya lidah mereka mengucap La ilaha illallah, tetapi hati mereka
tidak."
Maka Nabi Saw. bersabda, "Saya tidak
diperintahkan untuk memeriksa hati manusia."
Adapun kepada orang-orang Yahudi yang Sayyidina
Umar meminta ijin membunuh mereka, Nabi Saw. berkata, "Saya punya perjanjian
dengan mereka, bagaimana saya akan menggugurkannya dengan membunuhi mereka?
Selama mereka mengucapkan omongan dan provokasi secara diam-diam dan mereka
tidak membatalkan perjanjian ini, maka saya tidak punya jalan untuk membatalkan
perjanjian ini."
Kemudian di masa tersebut ada seorang anak
kecil dari keturunan Yahudi, yang mana anak kecil ini memiliki keistimewaan
bisa mengetahui isi hati orang-orang dan hal yang ghaib dan membicarakannha di
tengah-tengah masyarakat. Ibnu Shayyad namanya dan dikenal dengan Dajjal.
Sayyidina Umar meminta ijin membunuhnya daripada membuat fitnah. Tapi Nabi
menjawab, "Kalau benar Ibn Shayyad itu Dajjal, maka kau tidak akan mampu
membunuhnya. Sebab sudah kusabdakan di akhir jaman nanti akan datang Dajjal
yang akan melakukan hal ini dan hal itu. Kalau engkau melakukan itu berarti
sabdaku tidak benar dan bohong. Kalau memang ternyata dia bukan Dajjal, maka
tidak ada kebaikan bagimu ketika membunuh anak ini."
Dalam arti sesungguhnya kemarahan dan
kecumburan yang seharusnya hanya untuk Allah, apabila dijadikan bukan karena
Allah maka justru akan menarik orang-orang tersebut di luar jalan Allah Swt.
Maka sesungguhnya tempat kemarahan, kecemburuan dan ketegasan karena Allah Swt.
terhadap orang kafir tersebut, dengan cara tidak membiarkan
kemungkaran-kemungkaran tersebut menyebar pada diri kita, keluarga kita dan
dari dalam rumah kita.
Bukan seseorang yang mengklaim dia tegas dan
marah karena Allah tetapi dia bersalaman dengan wanita yang bukan mahramnya,
kemudian melakukan hal-hal yang tidak sesuai syariat Allah, terbukanya aurat
bagi kaum wanitanya. Namun ketika melihat ada orang-orang yang di luar sana
melakukan kemungkaran tersebut dia marah, dia bangkit, kemarahan dan emosinya
siap melakukan kekerasan, sedangkan kesalahan yang ada pada keluarganya sendiri
dia hanya diam seribu bahasa. Bukan itu yang dimaksud marah karena Allah Swt.
Ada salah seorang sahabat Rasulullah Saw. yang
meminum minuman keras. Kemudian dibawa ke hadapan Rasulullah, dan dihukum
cambuk 41 kali. Kemudian setelah itu dia melakukan lagi dan tertangkap lagi dan
dicambuk 41 kali untuk kedua kalinya. Sampai dengan yang ketiga kalinya dia
tertangkap lagi dan dicambuk, sehingga ada orang yang mencaci makinya.
Nabi yang mendengar caci maki itu kemudian
bersabda, "Tidak, ini sudah melewati batas. Jangan mencaci maki dia. Dia
sudah dihukum cambuk 41 kali. Janganlah kalian menjadi antek setan yang
menjerumuskan saudaramu yang Muslim lebih jauh kepada Allah Swt." Bahkan
orang itu dipuji oleh Nabi Saw., "Ketahuilah, bagaimanapun dia tetap cinta
kepada Allah dan RasulNya."
Nabi Muhammad Saw. menyetujui, mengikrarkan dan
menetapkan ini hukum Islam harus ditegakkan atas peminum minuman keras, tapi
Nabi Saw. pun tidak memperkenankan seorang Muslim mencaci Muslim lainnya. Ini
adalah timbangan kenabian.
Sayyidina Umar Amirul Mu'minin Ra. ketika
menjabat sebagai Khalifah, pernah berpatroli di perumahan Kota Madinah. Ia
mendapati ada sebagian pemuda yang sedang berkumpul di dalam rumah meminum
minuman keras. Langsung saja ia datangi rumah tersebut dengan menaiki dinding
dan langsung memarahi atas apa yang mereka lakukan.
Salah seorang dari mereka lalu berkata,
"Wahai Airul Mu'minin, sesungguhnya kami mengakui telah melakukan satu
kesalahan. Tapi kamu wahai Amirul Mu'minin, saat ini telah melakukan tiga
kesalahan. Pertama, Allah berfirman, "Dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain," (QS. al-Hujurat ayat 12) sedangkan engkau telah
memata-matai kami. Kedua, Allah berfirman, "Dan masuklah ke rumah-rumah
itu dari pintu-pintunya," (QS. al-Baqarah ayat 189) sedangkan engkau
bertamu melalui jalan dinding. Ketiga, Allah berfirman, "Hai orang-orang
yang beriman, janganlan kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta
ijin dan memberi salam kepada penghuninya," (QS. an-Nur ayat 27) Sedangkan
engkau tidak melakukan hal itu."
Kemudian Sayyidina Umar pun berkata,
"Baiklah, mari kita sama-sama bertaubat kepada Allah." Akhirnya
beliau pun pergi meninggalakan mereka.
Dan ketika melihat itu Sayyidina Umar pun tidak
jadi menghukum mereka. Padahal Sayyidina Umar adalah orang yang disabdakan Nabi
Saw. dengan sifat, "Sesungguhnya Allah menjadikan yang haq (kebenaran) di
dalam hati dan ucapan Umar bin Khaththab."
Dan yang mengharamkan mereka (para pelaku
maksiat) pada masa sekarang ini adalah mereka yang suka memata-mati orang lain,
mencari-cari kesalahan orang lain, mencaci maki orang lain, dan melakukan
hal-hal mungkar lainnya meskipun dengan dalih untuk menghilangkan kemungkaran.
Dan hal-hal seperti ini semuanya adalah hal yang diharamkan di dalam agama
Islam. Siapapun dia, dari anggota partai manapun, dari organisasi manapun dan
dari kelompok manapun, tetap haram melakukan hal-hal tersebut.
Barangsiapa yang ingin membela dan berjuang
untuk agama Islam, maka wujudkan perjuangan dan pembelaan tersebut dengan
kesungguhan kepada Allah Swt. dan peneladanan terhadap Nabi Muhammad Saw. Dan
barangsiapa yang ingin mencegah orang lain dari kemungkaran, jangan karena
salah kaprah hingga justru menimbulkan kemungkaran-kemungkaran lainnya yang bahkan
lebih besar.
Dahulu, sekitar 50 tahun yang lalu di sebuah
wilayah, saat itu sedang digembar-gemborkan revolusi diantara negara-negara
Islam. Sehingga ada beberapa ulama yang terpengaruh dengan bujukan revolusi
hingga ikut-ikutan terhadap jamaah dan kelompok yang mengatasnamakan Islam
tersebut di dalam memperjuangkan revolusi bagi kaum Muslimin. Dan setelah
memenangkan revolusi itu, kemudian masuk pengaruh politik dan lain sebagainya,
hingga dia dan kelompok yang tadinya berperan dalam revolusi dalam negara
tersebut malah akhirnya jadi korban politik dan dipenjarakan di penjara khusus.
Penjara yang sangat ketat bahkan untuk buang hajat pun hanya dibolehkan di
waktu-waktu yang sudah ditentukan.
Hingga dia menulis sebuah surat, "Dahulu
sebelum revolusi, kita mencari dan menuntut kebebasan untuk berbicara. Namun
setelah revolusi, kami menuntut kebebasan hanya sekadar untuk buang
hajat." Artinya, apa yang mereka cita-citakan dahulu tidak sesuai dengan
hasil yang mereka terima.
Dan saya (Habib Umar bin Hafidz) sempat
berjumpa dengan tokoh tersebut di penghujung akhir hayatnya. Saat itu hatinya
benar-benar dipenuhi dengan pengagungan dan penghormatan kepada orang-orang
yang shalih dan mulia yang menempuh jalan thariqah orang-orang yang tidak mau
menodai tangan mereka dengan darah dan menodai lisan mereka dengan caci makian
terhadap orang lain.
Ketahuilah, kita sekarang berada di hadapan
sebuah perkara yang agung dan penting. Dan keberadaan kita adalah untuk
mengevakuasi dan menyelamatkan ummat. Dan di hadapan kita adalah sebuah jalan
tempuh dan metodenya orang-orang shalih. Jalan mereka adalah Ahlussunnah wal
Jama'ah.
Adalah mereka orang-orang yang mengagungkan
sunnah Nabi Saw. dengan mengagungkan ucapan Rasulullah Saw., mengagungkan
setiap detail perbuatan Rasulullah Saw., bahkan diamnya Rasulullah Saw. dan
semua keadaan Rasulullah Saw. mereka agungkan, terobsesi dan mengidolakannya.
Inilah makna Ahlussunnah. Sedangkan makna al-Jama'ah, adalah hati mereka satu
sama lain saling menghormati, saling mencintai dan saling menjaga persatuan.
Dan mereka orang-orang yang menempuh jalan
istiqamah, jalan yang lurus ini, mereka tidak terpengaruh dengan arus manapun
seberapapun derasnya ataupun hembusan angin yang mengarah ke kanan atau kiri,
mereka tetap konsekuen atas fatwa yang mereka ucapkan.
Adapun orang-orang yang terpengaruh dengan
hembusan kanan ikut ke kanan, hembusan kiri ikut ke kiri, maka orang yang
semacam itu setiap kali ada perubahan pendiriannya juga ikut berubah. Hari ini
berfatwa, besok saat ada perubahan ia sampaikan lagi fatwa yang bertentangan
dengan fatwa yang pertama. Berubah lagi keadaan ia sampaikan fatwa yang berbeda
lagi dengan sebelumnya, begitu seterusnya tidak konsisten.
Mari kita bangkit untuk mengevakuasi dan
menyelamatkan ummat. Dan maksud atau tujuan dari perkataan ini, saat ini,
bukanlah untuk menyibukkan diri mencaci kelompok yang berbeda dengan kita,
berbeda cara dengan kita. Melainkan untuk memberikan penjelasan kepada kita,
agar menjadi terang dan jelas metode yang benar ini.
Dan di hadapan kalian ini adalah ada sebuah
risalah, risalah masjid. Yang mana risalah itu untuk mengajak manusia kepada
ilmu dan dakwah ke jalan Allah Swt. Maka kita harus bisa mengayomi semuanya.
Membawa semuanya ke jalan Allah Swt. dengan cara yang benar.
Dan kalian berinteraksi dengan orang-orang ahli
politik dan yang tidak berkecimpung dalam politik, juga berinteraksi dengan
orang-orang yang telah terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran di luar Islam,
atau berinteraksi dengan orang-orang yang berpikiran benar, berinteraksi dengan
orang-orang yang suka maksiat, juga berinteraksi dengan semua lapisan
masyarakat. Tetapi yang sesuai dengan koridor yang diatur di dalam metode
kenabian dan juga tolak ukur dan timbangan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
Saw. agar tidak kebablasan.
Melalu masjid-masjid ini mari kita jadikan
sarana untuk mengakurkan, mendamaikan serta memperbaiki keadaan masyarakat. Dan
untuk menenangkan hati masyarakat serta membantu masyarakat dengan ilmu,
pikiran, sedekah dan infaq kita melalui masjid. Dan hidupkan kembali sunnah
untuk menyambangi, menjenguk dan membantu orang yang sedang sakit. Pikirkan
bagaimana menarik orang-orang yang belum mengenal masjid agar menjadi segan
datang ke masjid.
Dengan tugas penting ini, maka banyak orang
yang akan mengambil manfaat dan terselamatkan dari kegelapan. Justeru dengan
hal semacam ini akan mempunyai pengaruh dan andil besar di dalam menolak balak
dan musibah dari ummat Islam. Dan sesungguhnya manakala metode ini dijalankan,
maka manfaat yang kalian berikan bukan hanya untuk masyarakat Indonesia tapi
menyebar ke seluruh lapisan masyarakat yang ada di dunia ini. Sebab Nabi
Muhammad Saw. diutus bukan hanya untuk di wilayah tertentu melainkan untuk alam
seluruhnya, maka luaskan manfaat dan semangat kita untuk mereka semua.
Semoga Allah menganugerahkan kita
sebaik-baiknya peneladanan terhadap Nabi Muhammad Saw. Dan mengikuti metode
Nabi Muhammad Saw. Dan Allah memperkuat hubungan dan sanad antara kita dengan
Nabi Muhammad Saw. Dan Allah jadikan kita semua termasuk orang-orang yang
menggembirakan Nabi Muhammad Saw. Dan semuanya dikumpulkan di barisan Nabi
Muhammad Saw.
Sesungguhnya barusan para guru kita dan para
wakil kita telah duduk bersama, bersepakat untuk kemaslahatan ummat yang perlu
segera kita realisasikan bersama. Dan semua poin-poin yang telah kita sepakati
tadi adalah benih yang akan membuahkan menolak balak dan musibah dari ummat ini
dan mendatangkan kemanfaatan yang besar, apabila benih ini kita sirami dengan
tiga hal; kejujuran, keikhlasan dan kesungguhan.
Semoga Allah memberkahi benih yang baru saja
kita tanami bersama. Memberikan taufiq di dalam menyiraminya. Dan memberkahi
buah yang akan keluar darinya. Dan Allah perlihatkan kepada kita semua buah
darinya, di dunia dan akhirat. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar