Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’ah Rohimakumullah.
(Muqoddimah dan wasiat taqwa)
Jama’ah Jumah yang Dirahmati Allah
Bulan Oktober menjadi bulan istimewa bagi bangsa Indonesia, khususnya kaum
muda dan santri. Bagaimana tidak, di penghujung bulan Oktober dalam kurun
seminggu terdapat dua peristiwa besar dan bersejarah yang menjadi tonggak
perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Dua peristiwa itu adalah Hari Santri Nasional (22 Oktober) dan Hari Sumpah
Pemuda (28 Oktober), kedua peristiwa besar ini, pelajar, santri, dan kaum muda
telah menobatkan diri menjadi aktor penggeraknya.
Santri itu mengamalkan ajaran Islam yang menebarkan rahmat bagi semesta,
menghormati keragaman, dan cinta tanah air (Hubbul Wathȏn Minal Imȃn),
secara garis besar makna ungkapan Hubbul Wathȏn Minal Imȃn ternyata
selaras dengan semangat ajaran agama, khususnya agama islam, demi menegakkan
kesatuan dan persatuan, keadilan dan kemakmuran. Mencintai Negeri ini tidak ada
hubungannya dengan siapa yang sedang berkuasa, siapa yang jadi presidennya.
Karena nilai bangsa ini jauh lebih berharga. Hari santri bukan hanya untuk
santri, tapi untuk mereka yang Pro Pancasila, Pancasila bukanlah Agama, tapi
kelima sila-nya selaras dengan ajaran Agama Islam, pada Hari Santri yang
diperingati adalah jihad semangat para Ulama dan santri dalam membela Negara
Pancasila, maka dari itu momentum Hari Santri itu kita manfaatkan untuk
instrospeksi diri, sampai di manakah jasa kita kepada negara.
Hadirin Jamaah Jumah yang dirahmati Allah.
Sumpah Pemuda adalah momentum persatuan para pemuda Indonesia, tanpa
memandang dari suku/daerah mana mereka berasal, tanpa melihat mana pribumi/bukan
pribumi, tanpa membeda-bedakan/menkotak-kotakkan keturunan Asli atau, semua
bersatu dalam keberagaman dan kebersamaan, bersatu padu menggapai satu tujuan
demi kebaikan.
Dibalik suatu peristiwa pasti tersirat berbagai pelajaran dan hikmahnya.
Begitu juga dengan peristiwa sumpah pemuda, peristiwa tersebut dapat kita
jadikan pedoman dalam berpikir, pemompa semangat generasi bangsa yang hidup di
era kemerdekaan ini untuk mengawal, meneruskan cita-cita dan mengisi
kemerdekaan yang telah mereka perjuangkan. Pelajaran dan hikmah yang dapat kita
petik, diantaranya: 1. Nasionalisme adalah sikap cinta tanah air, Semakin cinta
kepada bangsa dan negara Indonesia, 2. Menambah komitmen kepada bangsa dan
negara Indonesia, 3. Memajukan tekad demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
Ma’asyiral Muslimin Sidang Jum’ah Rohimakumullah.
Allah SWT berfirman dalam Q.S Ali Imran ayat 103
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ ... الأية
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai” bersatu berbuat kebaikan, berbuat kebaikan demi/untuk
mendapat ridlo tuhan, menjadi kholifah/pemimpin demi kelestarian Alam, dan
Negara yang tentram dan aman.
Allah SWT berfirman dalam Q.S al-A’râf ayat 56.
وَلَا
تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا ... الأية
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah (diciptakan)
dengan baik”.
Negara Indoneisa yang kita diami saat ini sudah tenang tentram tanpa ada
kerusuhan dan peperangan seperti di Negara lain, itu artinya para ulama, santri
dan para pemuda Indonesia sudah berbuat kebaikan di bumi Indonesia ini, lalu
Ketika prinsip dan sistem Negara sudah baik, maka sungguh aneh ketika ada
sekelompok orang yang ingin merubah sistem/dasar negara yang sudah baik itu?
Ketika negara aman, beribadah-pun jadi tenang, tidak seperti pada waktu
masih ada musuh/penjajah dan peperangan. Mari kita ambil hikmah dan teladan
dari peristiwa Hari Santri dan Sumpah Pemuda untuk membangkitkan semangat
berbuat kebaikan demi Indonesia dan berbuat kebaikan dalam beragama demi meraih
ridlo Allah SWT. Amin Ya Robbal Alamin.
"Kita Tidak Sama, Kita Kerja Sama"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar