Jika terasa sempit waktu kita, bacalah
al Quran, pasti waktu kita akan menjadi berkah dan lapang.
Segala sesuatu jika kita tinggalkan ia
akan menjadi usang dan rusak, kecuali al Quran, jika kita meninggalkannya,
kitalah yang akan usang.
Jika kita membaca al Quran dan
menginginkan petunjuknya diikuti orang lain, maka dahuluilah mereka dalam
mengikuti petunjuknya.
Jika kita membaca al Qur'an, mari kita
menjadikannya seolah-olah diturunkan untuk kita yang sedang membacanya.
Jika kita menemukan kalimat al Quran
yang belum bisa dipahami, jangan memaksakan diri untuk memahaminya, karena
kemampuan kita terbatas.
Ada satu syarat mutlaq dalam usaha
memahami al Qur'an, yaitu menghilangkan kesombongan, karena hati yang sombong
akan dipalingkan dari al Qur'an.
Tujuan terpenting al Quran adalah
sebagai petunjuk, maka, mari kita jadikan al Qur'an sebagai petunjuk, bukan
hanya sebagai bahan bacaan dan kebanggaan.
Ketika kita membaca al Quran, janganlah
kita melupakan hak-hak orang di sekililing kita. tetaplah tanggap terhadap
sekitar kita.
Jika kita sedang membaca al Quran, lalu
salah satu orang tua kita mengajak bicara, maka hentikanlah bacaan al Quran,
dengarkanlah beliau, pandanglah wajah beliau, dan tutuplah mushaf, sampai
beliau selesai dengan keperluannya, barulah kita boleh membaca al Quran
kembali.
Jika kita sedang membaca al Quran, lalu
ada tamu datang, maka hentikanlah bacaan al Quran, dan sambutlah tamu
tersebut, karena ia dikirim oleh Yang Menurunkan Al Quran.
Tuntutan yang selalu melekat pada
seorang hafidz adalah senantiasa membaca al Quran setiap hari.
Menurut para ulama', hikmah al Quran
dibagi menjadi 30 juz itu agar kita mudah menghatamkannya sebulan sekali.
Jika kita selesai menghatamkan al
Quran, baik bacaan maupun hafalan, sebisa mungkin kita hilangkan rasa bangga
karenanya, mari kita ganti dengan rasa syukur. karena bangga dan syukur
sangat jauh berbeda.
Membaca ayat al Quran yang sama
berulang-ulang akan memberi efek yang berbeda-beda dalam setiap kali bacaan,
dan biasanya itu sangat menenangkan dan menentramkan.
Setelah hatam al Quran, janganlah kita
melupakan doa untuk kebaikan umat dan pemimpinnya, karena itu anjuran para
ulama'.
Jika kita membaca al Quran dan ingin
merenungkan maknanya, maka sertakanlah kalbu, karena kalbu adalah perangkat
utama dalam tadabbur al Quran.
Yang lebih utama adalah kita membaca al
Quran untuk memperbaiki perbuatan kita, bukan kita membaca al Quran untuk
mencari pembenaran perbuatan kita.
Guru yang mengajari kita al Quran
berhak mendapatkan kebaikan doa kita setiap saat.
Kita tidak perlu mencocokkan angka
setiap kejadian dengan angka dalam ayat dan surat al Quran, karena itu
termasuk sewenang-wenang terhadap ayat.
Kita tidak perlu malu mengatakan:
"aku belum paham ayat ini",
karena itu lebih aman dari pada kita
menafsirkan ayat tsb sembarangan.
Jika bacaan al Quran diibaratkan
makanan, maka bacaan sholawat diibaratkan minuman, keduanya kita butuhkan.
|