Jumat, 21 September 2018

Adab, Ilmu dan Akal

Seiring berkembangnya zaman dan Teknologi, banyak kalangan remaja juga anak² kehilangan adab dan sopan santun. Adab kepada Kyai, adab kepada orang tua, adab kepada guru, adab kepada saudara bahkan kepada sesama.
Dan apa kira kira solusinya. Tentu saja ngaji, dengan ngaji kita akan mendapatkan ilmu, setelah mendapatkan ilmu tentunya mengamalkan ilmunya yang di peroleh setelah mengaji.
KH Hasyim Asy'ari pendiri NU ini juga membahas hal ini
نَحْنُ إِلَى قَلِيْلٍ مِنَ اْلأَدَبِ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَى كَثِيْرٍ مِنَ اْلعِلْمِ
“Kita lebih membutuhkan adab (meskipun) sedikit dibanding ilmu (meskipun) banyak.” [Abdullah bin Mubarak, ulama sufi; dikutip dari Adabul ‘Âlim wal Muta‘allim karya Hadratussyekh Hasyim Asy’ari]
Sering kita mendengar bahwa di antara ciri yang membedakan manusia dari binatang adalah akal atau ilmu. Pernyataan ini tidak keliru. Tapi mesti digarisbawahi, di atas ilmu ada yang lebih urgen, yakni adab atau akhlak. Sebab, ilmu seberapapun banyaknya tanpa disertai adab yang baik akan menjerumuskan manusia dalam perilaku binatang, atau mungkin lebih rendah. Betapa banyak peperangan, kesewenang-wenangan kekuasaan, kerusakan alam, atau sejenisnya muncul justru karena ditopang kemajuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi zaman sekarang. Karena itu, yang paling mendasar dibutuhkan bagi peradaban manusia adalah adab. Ilmu memang sangat penting, tapi pondasi berupa akhlak jelas lebih penting. Karena akhlaklah yang menyelamatkan manusia dari keserakahan, kezaliman, kekejaman, keangkuhan, kebencian, dan sifat-sifat tercela lainnya.
Wallâ a’lam


Foto: KH Zainuddin Djazuli dengan sang murid KH M Yusuf Ch

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar