Ini Nabi sendiri yang mengatakannya. Ada banyak keterangannya dalam
hadis, silahkan dibaca sendiri. Salah satunya, Nabi mengatakan, “Siapa yang
mempersulit agama, dia akan kalah” (HR: Bukhari). Maksudnya bagaimana? Islam
menawarkan banyak kemudahan, sehingga kalau ada yang mempersulit, dia akan
bosan dan capek sendiri. Misalnya, kalau shalat wajib tidak bisa berdiri, maka
dibolehkan dengan duduk, tapi kalau tidak mampu berdiri, dan dipaksakan
berdiri, maka orang yang melakukan itu akan capek sendiri dan pada akhirnya dia
juga akan memilih kemudahan di dalam beragama.
Tapi anehnya sekarang, sebagian orang justru suka yang sulit-sulit,
bukan malah milih yang mudah. Kesannya, semakin susah dan payah beribadah
keimanannya dianggap paling tinggi derajat nya disisi alloh. Contoh, kalau
kebakaran dan gempa bumi, maka orang yang tetap melanjutkan shalatnya dianggap
lebih tinggi imannya, ketimbang orang yang membatalkan shalat untuk
menyelamatkan dirinya. Alhasil.. Tak jarang orang yg membatalkan shalat demi
menyelamatkan diri itu dihina dan dicemooh, “Kok kamu batalin shalat, kamu
lebih takut gempa dibanding Tuhan?”
Padahal yang menyelamatkan diri itu justru lebih benar secara
Islam. Karena menyelamatkan nyawa, meskipun dalam kondisi beribadah, itu lebih
diutamakan. Sebab tujuan utama syariat Islam adalah menjaga nyawa manusia.
Menurut saya, orang yang tetap shalat, padahal dia tahu lagi kebakaran dan
gempa bumi, dan dia sadar kalau dia tidak membatalkan shalatnya maka bahaya
akan menimpa dirinya, itu orang yang tidak mengerti agama.
Dulu ada seorang sahabat yang sedang shalat, kemudian untanya
kabur. Dia membatalkan shalat dan langsung mengejar untanya. Orang-orang
mencemooh, “Dia membatalkan shalat demi mengejar untanya”. Sahabat itu langsung
kaget, “Seumur-umur baru kali ini saya dikomentari kayak gini”. Karena sudah
lama bergaul dengan Rasulullah, sahabat ini memperkirakan andaikan Rasulullah
ada, maka yang dilakukannya itu tidak salah. Sebab, rumahnya sangat jauh, kalau
dia tetap melanjutkan shalat, perjalanan pulangnya makin lama dan bagaimana
nasib keluarganya nanti kalau terlambat pulang.
Apa yang dilakukan sahabat Nabi ini dibenarkan secara hukum islam.
Karena menolak kemudharatan itu lebih diutamakan ketimbang mengambil
kemaslahatan, atau dalam kaidah lain, mengambil kemaslahatan yang lebih besar
itu lebih diutamakan dibanding mengambil kemaslatan yang lebih kecil dalam
situasi tertentu.
Contoh lain, dalam hadis riwayat Abu Daud dikisahkan, ada seorang
sahabat yang tubuhnya terluka, kemudian dia mimpi basah. Dia bertanya kepada
sahabat lain, “Apakah saya boleh tayammum?”. Sahabat yang ditanya menjawab,
“Kami tidak melihat ada keringanan padamu”. Sahabat yang terluka itu akhirnya
mandi, dan meninggal. Mendengar kejadian ini, Rasulullah marah, dan berkata,
“Kalian telah membunuhnya. Kalau kalian tidak tahu, lebih baik bertanya dulu.
Karena sebetulnya dia boleh tayamum.” (HR: Abu Daud)
Sebenarnya, masih banyak contoh lain dalam hadis-hadis Rasulullah
terkait nyawa manusia lebih didahulukan ketimbang ibadah normal. Ini bukan
berati kita mendahulukan nyawa, ketimbang Allah. Bukan seperti itu
pemahamannya. Mengerjakan ibadah itu ada banyak alternatifnya, ada banyak
keringanannya, tapi kalau nyawa kita hanya diberi satu kali. Jangan sampai
lantaran kurangnya pengetahuan kita terhadap agama, itu merusak diri kita
sendiri dan mencelakakan orang lain.
Karena itu, sangat disayangkan bila ada orang yang mengatakan,
“Takut kepada Allah, jangan takut kepada Corona”, “Lawan Corona dengan shalat
berjamaah di masjid”, dan himbauan serupa lainnya. Himbauan seperti ini
menunjukkan orang yang mengatakannya tidak paham mendalam soal Islam.
Kalau memang pakar kesehatan sudah merekomendasikan agar kegiatan
berkumpul dengan banyak orang, termasuk shalat berjemaah di masjid, bahkan
shalat Jum’at sekalipun, perlu dibatasi, kenapa kita masih tetap saja ngotot
untuk melakukannya? Sementara di dalam Islam ada banyak keringanan dan
kemudahan. Apalagi para ulama, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di belahan
dunia lainnya, sudah mengeluarkan fatwa boleh shalat Jum’at diganti dengan
shalat Dzuhur di wilayah yang terkena Corona, dan untuk sementara shalat di
rumah lebih baik dari pada di masjid.
Apakah orang yang mengeluarkan pernyataan itu (takutlah kepada
alloh, jangan takut corona) nanti akan bertanggung jawab kalau virusnya
menyebar ke mana-mana? Apalagi sampai memakan korban. Merujuk pada hadis tadi,
kalau ada orang yang mati karena kebodohan kita, itu sama saja dengan
membunuhnya. Mari kita berhati-hati mengeluarkan pernyataan, apalagi kalau
bukan ahli dalam bidangnya.
Setidak-tidak nya, kalau kalian tidak bisa membantu menyembuhkan
orang yg sakit corona, paling tidak bantulah mereka agar tidak terjangkiti
virus corona ini dengan cara kalian diam di rumah.
Hormatilah jerih payah mereka dengan cara mengurangi beban tugas
kewajiban mereka
#Permudahlah jangan kau persulit#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar