Kata kamasutra
secara etimologis berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “kama” dan “sutra”.
“Kama” berarti Cinta, asmara, kenikmatan, kesenangan, sperma, mani, dan
seksualitas. “sutra” berarti piranti luhur, pengetahuan penting, ilmu agung dan
sarana indah. Dengan demikian Kamasutra bermaka ilmu pengetahuan yang menjadi
sarana untuk memahami seluk beluk asmara yang luhur, demi tercapainya
kenikmatan dan kesenangan yang disertai dengan nilai keagungan. Makna kata ini
juga mencakup aktivitas yang bersifat intim (seksual) dengan bingkai sakrelitas
dan olah sperma dengan landasan norma susila.
Kitab suci Al-Qur an dan al-Hadis yang menjadi
pedoman hidup umat Islam banyak member informasi dan inspirasi megenai tata
laksana hubungan pria wanita. Orientasinya adalah untuk memperoleh kebahagiaan
lahir batin dibawah ridha dan ampunan Allah SWT. Harapannya, perilaku pasangan
istri suami yang sedang bergairah akan tetap terarah,sehingga selalu mendapat
hidayah dan berkah. Egitulah do’a yang senantiasa dimohonkan kepada Allah SWT
untuk pengantin baru yang mulai membina bahtera rumah tangga agar dapat
mewujudkan keluarga skainah, mawaddah, rahmah.
Kearifan local
memperhatikan kualitas bibit, bebet dan
bobot yang
sesungguhnya merupakan turunan atas ajaran Islam, yakni Iman, Ilmu, dan Amal. Aspek bibit
berkaitan dengan asal-usul seseorang. Perspektif genealogis keluarga dikenal
dengan istilah trahing kusuma, rembesing madu, wijining atapa,
dan tedhaking andana warih.
Maknanya adalah Bahwasannya kearuman, kemanisan, kesahajaan, kecendikiawan,
keramahan dan kemurahan orang uta akan diwariskan kepada putra wayah
alias anak cucunya. Keeladanan serta keutamaan para leluhur dapat menjadi
pelita hidup bagi generasi penerus.
Islam amat
menganjurkan supaya umatnya senantiasa fastabiqul khairat,
berlomba-lomba dalam kebaikan. Kompetisi dalam rangka dedikasi agar hubungan
istri suami saling engisi. Kelebihan dan kekurangan dikelola sedemikian rupa,
sehingga suasana menjadi harmonis. Rumah tangga yang kokoh dibangun oleh
pribadi anggota-anggotanya dengan basis akhlaqul karimah. Masing-masing
pihak menjalankan hak dan kewajibannya. Ar-rijaalu qawwaamuuna ‘ala
an-nisaa’, pria adalah pemimpin bagi wanita. Secara akronim (Jawa: jarwa
dhosok), kata wanita bermakna wani mranata, wani ditata. Tapa, tapak,
telapak, disadari pula surge berada dibawah telapak kaki wanita. Isinilah
pangkal tolak tumbuh dan berkembangnya bebet atau daya kekuatan, karena
dirinya selalu menjungjung tinggi etika (tata karma) dan etiket (unggah-ungguh).
Bobot atau mutu
keluarga merupakan persyaratan utama agar dapat mengenyam peradaban dunia, rahmatan
lil ‘alamin. Ajaran agama Islam, sebagaimana yang dituntunkan dalam al-Qur
an dan al-Hadis, member deskripsi scara terperinci perihal resep rumah tangga
bahagia dan sejahtera. Kanjeng Sunan Kalijaga yang kreatif pun member wejangan
buat suami istri dalam kitabnya Serat Nitimani. Ini adalah
sebuah ajaran megenai tata karma seksologi yang menjelaskan keagungan niai
agama dan budaya.
Penulisan
risalah kenabian terus berlanjut pada zaman Walisongo, yang disempurnakan lagi
oleh pujangga Jawa. Muncullah Serat Centhini karya Sinuhun
Paku Buwana V yang terkenal sebagai ensiklopedi kebudayaan Jawa. Dalam naskah
ini, teknik olah Asmara disajikan dengan lengkap dan menarik. Bagian yang
mengulas metode bercinta tersebut boleh dikatakan sebagai Kamasutra Jawa,
yang intinya membahas persoalan seksualitas yang bersumberkan ajaran Islam yang bersifat multikultural.
Sejatinya, para
ulama terdahulu telah banyak mengkaji persoalan seksualitas dalam Islam
melalui karya-karya mereka, keudian diteruskan oleh ulama-ulama masa kini.
Berbagai pembahasan seputar hubungan
Intim dalam Al-Quran dan Al-Hadis
juga menunjukan bahwa Rasulullah SAW dan para pengikutnya tidak melalikan
pentingnya seksualitas dalam kehidupan.
Mengapa
seksualitas memiliki makna penting bagi setiap muslim? Dianta a alasannya ialah:
1.
Pemenuhan kebutuhan seks adalah Ibadah. Rasulullah SAW
bersabda:
“…dan
pada kemaluan salah seorang di antara kalian terdapat kesempata bersedekah…”
[HR. Muslim]
2.
Hubungan seks yang halal adalah kenikmatan dan karunia
Allah SWT, Allah SWT berfirman dalam QS
Ar-Rum ayat 21:
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ
أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوْآ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ
فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
3.
Perbuatan seks yang sah adalah perbuatan yang mulia
Sebagaimana
Firman-Nya dalam QS. An-Nur ayat 33:
وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِيْنَ لاَ يَجِدُوْنَ نِكَاحًا حَتَّى يُغْنِيَهُمُ
اللهُ مِنْ فَضْلِه...
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah
menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan
karunia-Nya…”
Pada
ayat tersebut Allah SWT menjelaskan bahwa betapa tinggi kedudukan orang yang
mampu memelihara kesuciannya dengan melakukan hubungan seks yang halal.
***Semoga
Bermanfaat*** iskandarniza.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar