Momentum Idul Adha, Ibadah Haji & Qurban, berkaitan erat dengan sosok Nabiyulloh Ibrahim AS. Nabi Ibrahim yang menjadi teladan dalam ritual tahunan tersebut mengajarkan bahwa seorang hamba janganlah tertipu daya dengan kekayaan yang sifatnya sesaat saja. Ada kehidupan yang lebih hakiki dan perlu diperjuangkan ketimbang kehidupan dunia yang fana. Karena itu, mengorbankan sebagian harta lillâhi ta‘âlâ tidak akan ada ruginya.
Sikap semacam inilah yang ditunjukkan Nabi Ibrahim, yang juga diikuti putranya, Ismail, yang begitu patuh dan saleh. Dengan bahasa lain, pengorbanan adalah bentuk cara pandang manusia yang jauh ke depan menuju kehidupan bahagia di akhirat kelak secara abadi. Kita belajar keikhlasan dari sosok Nabi Ibrahim AS, yang merelakan putranya untuk dipersambahkan kepada Allah SWT. Kita belajar perjuangan dari seorang ibu yang bernama Siti Hajar. Dan kita belajar pengorbanan dari seorang anak yang bernama Nabi Ismail. Berangkat dari sejarah di atas pada hari ini (Idul Adha) kita belajar untuk menjadi pribadi muslim yang sesungguhnya.
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah bermain-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS Al-An'am: 32).
Kita yang sering mengaku meneladani Nabi Ibrahim dengan berkurban, sudahkah sebanding dengan pengorbanan beliau? Sebandingkah dengan semangat pengorbanan Ismail yang masih bocah? Sebandingkah dengan semangat pengorbanan istri beliau, Siti Hajar?
*****************
وإذ قال إبراهيم رب اجعل هذا البلد آمنا واجنبني وبني أن نعبد الأصنام
Dalam al-Quran surat Ibrahim ayat 35 diceritakan: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.”
ووصى بها إبراهيم بنيه ويعقوب يا بني إن الله اصطفى لكم الدين فلا تموتن إلا وأنتم مسلمون
Allah berfirman dalam surat Albaqoroh ayat 132, yang artinya: “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".
Kisah Nabi Ibrahim dan Keluarganya, selain tentang pengorbanan, ada pelajaran lain yang juga tak kalah penting. Ayat di atas membuktikan betapa besarnya perhatian Nabi Ibrahim as pada pendidikan anak-anaknya, dia tidak rela kalau anaknya bodoh atau berada pada jalur pendidikan yang salah. Jangan sampai terjadi, hanya karena alasan ekonomi, atau alasan pekerjaan, kita mengabaikan pendidikan anak kita dan tidak tahu menahu apa yang mereka pelajari, apa yang mereka lakukan selama ini. Sudahkah anak-anak kita mengamalkan ajaran agama secara benar? Sudahkan kita yang menjadi orang tua, memberikan contoh keteladanan yang baik pada mereka? Jangan sampi anak-anak kita salah asuh, salah bergaul, salah memilih teman atau salah memilih tokoh panutan, apalagi sampai menhasud, menyebar hoak dan kebencian. Nau’udzubillah tsumma na’udzubillah min dzalik.
Mumpung bertepatan dengan momentum Tahun pelajaran baru, marilah kita selektif dan teliti, dalam mendampingi putra-putri anak-anak kita dalam melanjutkan Pendidikan sebagai sarana mewujudkan cita-cita sang anak menuju masa depan. Anak adalah amanah dari Allah yang dititipkan kepada kita, maka Ketika kita tidak mampu mendidik secara langsung, titipkanlah dengan baik, temuilah kepala sekolah/guru-gurunya, jangan sampai orang tua tidak tahu atau tidak kenal kepada siapa anaknya dititipkan. Seraya berdoa semoga orang tua yang bekerja mencari nafkah untuk Pendidikan anak-anaknya, diberi kemudahan dan keberkahan, Kepala sekolah atau guru yang dititipi anak, juga diberi kemudahan dan kelancaran dalam mendidik putra-putri, para jamaah.
Demikianlah uraian khutbah singkat ini, semoga ada manfaatnya bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar