Karena merasa paling baik dan benar, kita
enggan mendengarkan pendapat pihak lain
yang boleh jadi menunjukkan sisi kekeliruan kita
Kita lalu hanya mau mendengar apa yang ingin
kita dengar hingga pada akhirnya kita hanya mau mendengar diri kita sendiri.
Karena enggan mengakui diri ini bisa salah,
lalu doa-doa kita menjadi bengis: kita mendoakan orang lain celaka, dilaknat
dan masuk neraka beriman kpd Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang dgn menyebar fitnah dan benci sambil berharap
yg dibenci/difitnahnya masuk neraka.
Hal paling sulit memang mengendalikan ego yg
selalu ingin dipandang bahwa diri dan kelompoknya sendiri yg paling suci, benar
dan mulia
Namun kita tak bisa memaksa Tuhan menuruti mau
kita .Karenanya kita lalu bertingkah seakan sbg satu-satunya pihak yg paling
mewakiliNya
demi menunjukkan pd orang lain dan meyakinkan
diri sendiri bhw pemahaman kita yg paling benar, kita perlu menyalah-nyalahkan
dan mencacimaki liyan.
Selalu ingin dibenarkan membuat kita menyamakan
pemahaman kita ttg kebenaran dgn kebenaran itu sendiri; seolah kita bilang:
Akulah kebenaran
Pada titik ini kita mulai memberhalakan diri
sendiri, menyembah pemahaman dirinya sendiri yg dianggap pasti selalu benar.
Bahkan krn merasa tak bisa salah, cara-cara yg
dilarang agamapun digunakan untuk memaksa orang lain membenarkan pendapatnya
Misale, waham "Akulah kebenaran"
menyebabkan kita menganggap caci-maki, menghina, dusta dan fitnah kita pasti
diridhoi Tuhan.
Lalu yg terjadi adalah lenyapnya rasa malu.
Tiada lagi malu, bahkan bangga, berkata
kasar, berdusta, memfitnah, menyakiti atas nama Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar