Sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia
dengan anggota jutaan orang, dan dipimpin oleh para ulama dan akademisi (bukan
dai, motivator, atau mualaf), yang ahli ilmu-ilmu keislaman tradisional, saya
kira wajarlah bila sering terjadi ikhtilaf atau perbedaan sikap di antara para
ulama NU mengenai persoalan-persoalan politik mutakhir (dulu Gus Dur pernah
menulis esai tentang perbedaan sikap Kiai Wahab Chasbullah dan Kiai Bisri
Syansuri terhadap Demokrasi Terpimpin yang diberi judul jenaka, "Sulit
Masuknya, Mudah Keluarnya"). Toh, NU itu
kumpulannya para ulama yang percaya pada diktum "ikhtilafu ummati
rahmah," bukan organisasi militer yang harus satu kata dalam segala hal.
Yang berisik itu kan orang-orang luar NU yang ingin ormas besar ini berada di
pihak mereka. Maka, bila sejumlah ulama NU mengeluarkan pendapat yang cocok
buat mereka, ramai-ramailah mereka 'mendadak NU'. Tapi begitu ulama NU yang
lain mengeluarkan pendapat yang tak cocok dengan kepentingan mereka,
meluncurlah serapah, makian, dan cacian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar