Jumat, 15 Desember 2017

Setiap Muslim Pasti Ingin Mengikuti Sunnah Nabi.

Setiap Muslim pasti ingin mengikuti sunnah Nabi. Tapi untuk itu, ia harus memahaminya terlebih dahulu. Dan untuk memahaminya, ia harus membacanya terlebih dahulu. Dan ketika ia membaca, ia pasti menafsirkan. Dan ketika ia menafsirkan, kecenderungan pribadi, pengetahuan, atau subjektivitas pasti ikut bermain di dalamnya.
Ada kalangan Muslim yang berhenti di makna literal sunnah. Maka, sibuklah mereka dengan cara memotong kain celana, menata janggut, atau memilih warna pakaian seperti yang dilakukan oleh Nabi. Di lain pihak, ada kaum Muslim yang ingin melampaui makna literal dan mencari 'spirit makna' dalam sunnah Nabi. Maka, mereka pun berdasi atau menikmati wayang kulit sembari mengingatkan kita bahwa Nabi mengajarkan kerapian dan kecintaan akan seni.
Ada kaum Muslim yang suka baper. Maka hadis yang selalu mereka ingat adalah yang menekankan pentingnya amarah, pembalasan, atau rasa jijik kepada maksiat. Sementara itu, ada kaum Muslim suka rileks. Maka hadis yang mereka ingat adalah yang mengajarkan maaf, belas kasih, atau cinta kepada sesama.
Para ahli fikih mungkin akan sangat menekankan pentingnya hadis-hadis hukum dan urusan halal-haram tapi terkadang lupa sama hadis-hadis tentang adab. Para teolog mungkin ribet dengan pikiran-pikiran yang mereka pikir akan membuat kita murtad atau kafir sampe lupa sama amaliah yang bersifat praktis. Semua perbedaan ini manusiawi adanya. Demikian pula pertengkaran yang ditimbulkannya. Asal tak sampe menghalalkan darah dan bom bunuh diri saja!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar