Jumat, 15 Desember 2017

Idkholus-Surur Min Akhlaqir-Rasul

ادخال السرور من اخلاق الرسول .
"Menyenangkan hati seseorang adalah bagian dari akhlak mulia Rasululloh"
Dikisahkan: pada suatu saat datanglah seorang miskin kepada Rosulullah SAW dengan membawa hadiah semangkuk buah anggur. Rosul pun menerima hadiah itu dan mulai memakannya. Biasanya, Rosulullah selalu memberi makanan kepada para sahabat jika ada yang memberi sedekah dan beliau sendiri tidak ikut makan. Sementara jika ada yang memberi hadiah, Rosul juga memberi kepada para sahabat dan beliau pun ikut makan. Namun kali ini berbeda, Beliau memakan buah pertama lalu tersenyum kepada orang tersebut.

Beliau mengambil buah kedua lalu tersenyum kembali. Orang yang memberi anggur itu serasa terbang bahagia karena melihat Rosulullah menyukai hadiahnya. Sementara para sahabat melihat beliau dengan penuh rasa heran. Tak biasanya Rosulullah makan sendirian. Satu per satu anggur itu diambil oleh Rosulullah dengan selalu tersenyum, hingga semangkuk anggur itu habis tak bersisa. Para sahabat semakin heran dan orang miskin itu pulang dengan hati penuh bahagia.
Lalu seorang sahabat bertanya kepada Rosulullah SAW, "Wahai Rosulullah, mengapa engkau tidak mengajak kami ikut makan bersamamu?"
Rosul pun tersenyum dan menjawab, "Kalian telah melihat bagaimana wajah bahagia orang itu dengan memberiku semangkuk anggur. Dan ketika aku memakan anggur itu, kutemukan rasanya masam. Dan aku takut jika mengajak kalian ikut makan denganku, akan ada yang menunjukkan sesuatu yang tidak enak hingga merusak kebahagiaan orang itu".
Sungguh besar kepeduliaan Rosulullah SAW dalam menjaga perasaan orang lain. Apalagi yang mampu kita ucapkan ketika melihat akhlak dan budi pekerti beliau, sungguh benar Firman Allah SWT yang berbunyi,
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur". (QS.Al-Qalam:4)
Mudah-mudahan kita sebagai umat Beliau dapat mencontoh Akhlak-akhlak yang ada pada junjungan kita Syayyidina Rosulullah Muhammad SAW. sehingga membuat simpati umat-umat yang lain.
اللهم صل على سيدنا محمد الحبيب المحبوب شافى العلل ومفرج الكروب وعلى اله وصحبه وسلم...

*****
Idkholus suruur adalah sebentuk akhlak mulia yang amat dianjurkan, tapi bukannya tanpa resiko salah paham.
Di akhir pengajian suatu malam, Mbah Kusnan sang tuan rumah menjamu Mbah Bisri Mustofa dengan berbagai hidangan makan larut malam yang lezat-lezat. Mbah Bisri, beberapa santri pendhereknya dan sejumlah tamu undangan pun menikmati pesta dengan lahapnya. Habis nasi di piring Mbah Bisri dan teh manis pun telah diminum pula, Mbah Kusnan buru-buru menyodorkan setandan pisang kehadapan kiyai pujaannya itu.
Meskipun sudah merasa kenyang, Mbah Bisri ber- idkhoolus suruur kepada Mbah Kusnan.
“Waahh!” serunya dengan suara riang, “sampeyan kok tahu saja kesukaan saya!”
Keruan, Mbah Kusnan merasa amat bahagia khidmahnya diterima.
Esok harinya, sebelum Mbah Bisri selesai mengaji waktu dluha, telah datang kiriman setandan pisang.
“Dari Mbah Kusnan”, santri yang menerima melaporkan.
Esoknya lagi, pada waktu yang sama, setandan pisang datang lagi. Dan besoknya lagi, dan besoknya lagi…. Hingga berminggu-minggu Mbah Kusnan beristiqomah mengirim tandan pisang setiap harinya. Sampai-sampai, Mbah Bisri pun mblêngêr.
“Kang Kusnan ini gimana?” keluhnya, “apa dikiranya aku ini
ménco ?”
* * * *
Idkholus surur juga terkadang tidak mudah.
Kiyai Ahmad Abdul Hamid, Kendal, Rois Syuriyah PWNU Jawa Tengah waktu itu, terkenal sebagai penggemar olah raga.
Walaupun sudah sepuh, beliau tetap aktif dalam berbagai kegiatan olah raga, dari jogging sampai dengan sepak bola.
Kiyai Ahmad juga senantiasa membina hubungan baik dengan segala kalangan. Tidak aneh jika, ketika seorang pengusaha setempat berisnvestasi membangun kolam renang publik, Kiyai Ahmadlah yang diminta meresmikannya.
Karena Kiyai Ahmad adalah seorang olah ragawan –dan untuk memenuhi unsur entertainment —maka diagendakan bagi beliau untuk melakukan “lompatan pertama” dari menara kolam. Tak tanggung-tanggung, sang pengusaha menghadiahkan sepotong celana renang untuk beliau kenakan bagi keperluan itu.
Jelas, ini situasi yang sulit. Demi
idkholus surur , Kiyai Ahmad merasa tak sampai hati menyingkirkan celana renang pemberian si pengusaha. Tapi, celana itu tak cukup panjang untuk menutupi auratnya.
Apa akal?
Pada waktu yang ditentukan untuk acara peresmian itu, Kiyai Ahmad tampil di puncak menara kolam, bercelana panjang, dengan celana renang dikenakan diluarnya laksana Superman!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar