Jumat, 15 Desember 2017

Sesungguhnya Kalian Akan Hidup Di Zaman Yang Fuqahanya (Ulama) Banyak Dan Penceramahnya Sedikit

Di ijazah ponpes Lirboyo yang saya miliki, tertulis hadis berikut ini:
إِنَّكُمْ أَصْبَحْتُمْ فِي زَمَانٍ كَثِيْرٍ فُقَهَاؤُهُ، قَلِيْلٍ خُطَبَاؤُهُ، قَلِيْلٍ سُؤَّالُهُ، كَثِيْرٍ مُعْطُوهُ، الْعَمَلُ فِيْهِ خَيْرٌ مِنَ الْعِلْمِ. وَسَيَأْتِي زَمَانٌ قَلِيْلٌ فُقَهَاؤُهُ، كَثِيْرٌ خُطَبَاؤُهُ، كَثِيْرٌ سُؤَّالُهُ، قَلِيْلٌ مُعْطُوهُ،الْعِلْمُ فِيْهِ خَيْرٌمِنَ الْعَمَلِ
“Sesungguhnya kalian akan hidup di zaman yang fuqahanya (ulama) banyak dan penceramahnya sedikit, sedikit yang minta-minta dan banyak yang memberi, beramal pada waktu itu lebih baik dari berilmu.”

Dan akan datang suatu zaman yang ulamanya sedikit dan penceramahnya banyak, peminta-minta banyak dan yang memberi sedikit, berilmu pada waktu itu lebih baik dari beramal.” (HR. Ath-Thabrani).
Fase yang pertama mungkin sudah lewat.
Tapi apakah saat ini kita sudah memasuki fase yang kedua? Penceramah banyak, ahli pidato bertebaran, tapi ulama atau orang-orang yang berilmu sedikit.
Belajar agama baru sebentar, eh sudah berani berfatwa; baru belajar agama dari liqo' sudah berani menyalahkan sosok ulama yang puluhan tahun belajar kitab kuning di pesantren dan perguruan tinggi Timur Tengah. Baru belajar agama dari internet, eh sudah berani mencaci maki ulama yang sudah menghasilkan karya besar.
Herannya lagi, orang yang hanya pandai retorika, tutur kata indah, tapi minim ilmu dijadikan panutan. Justru yang betul2 berilmu dinyinyiri...
Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar