Momentum Idul Adha, Ibadah Haji & Qurban, berkaitan erat dengan sosok Nabiyulloh Ibrahim AS. Nabi Ibrahim yang menjadi teladan dalam ritual tahunan tersebut mengajarkan bahwa seorang hamba janganlah tertipu daya dengan kekayaan yang sifatnya sesaat saja. Ada kehidupan yang lebih hakiki dan perlu diperjuangkan ketimbang kehidupan dunia yang fana. Karena itu, mengorbankan sebagian harta lillâhi ta‘âlâ tidak akan ada ruginya.
Jumat, 15 Juli 2022
Senin, 11 Juli 2022
Khutbah Idul Adha: Wasiat Nabi yang Patut Diingat
Setiap hari raya Idul Adha atau hari raya Haji, kaum muslim sepatutnya mengingat kembali pesan-pesan (Wasiat) terakhir Nabi saw yang disampaikannya di Arafat, 15 abad lalu.
Pesan-pesan itu ditujukan, bukan hanya kepada kaum muslimin yang hadir di sana, tetapi juga kepada seluruh umat manusia di mana saja berada ketika itu dan untuk selama-lamanya. Nabi menyampaikan khutbah atau pidato paling mengesankan dan dicatat oleh sejarah dunia sebagai “Deklarasi Universal tentang Hak-hak Dasar manusia yang pertama di dunia”.
Nabi Muhammad saw menyampaikannya di atas untanya; al-Qashwa, di bawah sengatan terik matahari yang tengah bertengger pada posisi di tengah langit biru yang bersih.
Makna Ritual-ritual Haji
Apakah makna prosesi ritual haji?, tanya teman intelek?.
Aku menjawab : Ritual haji itu merupakan simbol-simbol kehidupan.
Menuju Bait Allah dan Thawaf adalah simbol menuju Tuhan dan menyatukan/memfokuskan tubuh dan pikiran hanya kepada Dia, dengan ekspresi bersahaja, rendah hati.
Khutbah Idul Adha: Teladan Nabi Ibrahim Sebagai Ayah Yang Komunikatif dan Demokratis
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ كُلَّمَا هَلَّ هِلاَلٌ وَاَبْدَرَ اللهُ اَكْبَرْ كُلَّماَ صَامَ صَائِمٌ وَاَفْطَرْ اللهُ اَكْبَرْ كُلَّماَ تَرَاكَمَ سَحَابٌ وَاَمْطَرْ وَكُلَّماَ نَبَتَ نَبَاتٌ وَاَزْهَرْ وَكُلَّمَا اَطْعَمَ قَانِعُ اْلمُعْتَرْ.
اَلْحَمْدُ لِلِّه الَّذِي فَضَّلَ عَشْرَ ذِى الْحِجَّةِ بِتَضْعِيْفِ اُجُوْرِ اْلعِباَدَاتِ.
فَمَنْ كَانَ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ اِلَى شِرَاءِ الْاُضْحِيَةِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ وَمُحِيَ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ المُوْجِدُ الْمُعْدِمُ الْمَخْلُوْقَاتِ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ رَغَّبَ اُمَّتَهُ فِى الْاُضْحِيَّةِ وَ اَعْمَالِ الصَّالِحاَتِ.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَ سَلِّمْ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ السَّادَاتِ وَعَلى الِهِ وَصَحْبِهِ ماَ اخْتَلَفَتِ الْاَيَّامُ وَ السَّاعاَت
اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Saudaraku kaum muslimin-muslimat yang dimuliakan oleh Allah
Alhamdulillah, pada pagi hari ini kita bisa menyelenggarakan shalat Idul Adha. Setelah dua tahun masa pandemi, Alhamdulillah wabah ini perlahan dihilangkan oleh Allah, dan kita berharap apabila tidak ada lagi cobaan dari Allah berupa penyakit, wabah, virus atau yang lain, dan kita semua sehat wal afiat.
Oleh karena itu, marilah kita bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas anugerah kesehatan dan nikmat umur karena hari ini masih diberi kesempatan oleh-Nya menjalankan ibadah ini, yaitu dengan cara meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita. Tiada orang yang beruntung di sisi Allah, kecuali mereka yang bergelar al-Muttaqin.