Sabtu, 12 Mei 2018

Marhaban Ya Ramadhan

قال الله تعالى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
مرحبا يا رمضان...مرحبا شهر الصيام والقيام
شَهرَ الصِّيَامِ لَقَد عَلَوتَ مُكَرَّمًا * وَغَدَوتَ مِن بَينِ الشُّهُورِ مُعَظَّمًا
Wahai Bulan puasa Ramadhan...
Sungguh diantara bulan-bulan yang lain engkau telah mengungguli dan dimuliakan..
Dan diantara bulan-bulan itu engkau teramat mulya dan diagungkan..

يَا صَائِمِی رَمَضَانَ هٰذَا شَهۡرُكُمۡ * فِيۡهِ اَبَاحَكُمُ اۡلمُهَيۡمِنُ مَغۡنَمًا
Wahai orang-orang yang berpuasa Ramadhan...
Inilah bulanmu, di dalamnya Allah akan memberikan keuntungan dan anugerah kepadamu kalian..
يَا فَوۡزَ مَنۡ فِيۡهِ اَطَاعَ اِلٰهَهُ * مُتَقَرِّبًا مُتَجَنِّبًا مَا حُرِّمَا
Alangkah beruntungnya orang yang ta'at pada Allah di bulan Ramadhan..
Mendekat pada-Nya, dan meninggalkan yang diharamkan..
فَالۡوَ يۡلُ كُلَّ الۡوَيۡلِ لِلۡعَاصِى الَّذِى * فِى شَهۡرِهِ اَكَلَ الۡحَرَامَ وَاَجۡرَمَا
Dan kecelakaan berat bagi orang yang durhaka dan kemaksiatan..
Yang di dalam bulan Ramadhan ini ia hanya makan yang haram dan berbuat dosa dan kedurhakaan..

معاشر المسلمين رحمكم الله وهداكم..
Sebentar lagi tamu yang mulia akan segera tiba menyapa kita. Yaitu bulan Ramadhan yang penuh berkah, Tamu terhormat yang datang dengan membawa segudang peluang dan kesempatan emas bagi kita umat Nabi Muhammad saw. Kenapa dikatakan demikian? Karena di dalam bulan Ramadhan terkandung kemuliaan dan keistimewaan yang amat besar, yang tak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya. Nilai ibadah dilipatgandakan, do'a-do'a dikabulkan, dosa-dosa diampuni, pintu surga dibuka, sementara pintu neraka ditutup.
Ramadhan, tak ubahnya tamu agung yang selalu dinanti-nanti kedatangannya, maka sangatlah rugi orang yang tidak dapat bertemu dengannya, namun akan lebih rugi lagi bagi mereka yang menjumpainya, namun tidak mengambil sesuatu darinya (yakni tidak menggunakannya sebagai moment meningkatkan kualitas ibadah dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT).
Sebagaimana telah diperingatkan oleh Nabi SAW :
وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانَ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَلَهُ
“Sungguh celaka seseorang yang mendapatkan bulan ramadhan kemudian berakhir bulan ramadhan tapi dosanya tidak diampuni.” (HR. Tirmidzi)
Sebelum tamu mulia Ramadhan datang, Kami mengajak diri diri Kami dan jama’ah jum'ah sekalian, marilah kita persiapkan diri kita lahir maupun batin, buanglah rasa ego, keangkuhan, dan sifat sombong, tanamankan rasa malu kepada Allah dan Rasul-Nya. Malu untuk berbicara yang tidak baik, serta menyakiti orang lain, jangan sampai kita terjebak oleh strategi syetan, yang membuat puasa kita sia-sia.
Persiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam rangka menyambut bulan yang penuh berkah tersebut, sehingga kita dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk beribadah mendekatkatkan diri kepada Allah swt. Dengan demikian, apa yang menjadi Tujuan Akhir dari puasa ramadhan ini, yakni derajat "Ketaqwaan" dapat kita raih.
Untuk itulah, Rasulullah SAW tak lupa berpesan kepada umatnya ketika bulan Ramadhan datang, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam An-Nasa'i dari Sayyidina Abu Hurairah RA
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرْدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ. فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. رواه النسائي, سنن النسائي الجزأ ٧. ص ٢٥٦ : (٢٠٧٩)
Diriwayatkan dari Sayyidina Abu Hurairah RA. beliau berkata, Rasulullah saw bersabda : "Sungguh telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, yang mana pada bulan tersebut Allah SWT mewajibkan kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, sementara pintu-pintu neraka ditutup serta syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan”.(HR. An-Nasa'i)
Oleh karena itu, marilah kita sambut kedatangan bulan Ramadhan dengan penuh suka cita “Marhaban Ya Ramadhan (selamat datang bulan Ramadhan), kami sambut kedatanganmu dengan penuh suka cita.”
Ada beberapa sikap terpuji yang dilakukan para ulama salafus shalih terdahulu dalam menyambut bulan suci Ramadhan yang patut untuk diteladani:

Pertama. Mereka menyambut Ramadhan dengan kegembiraan dan kebahagiaan.
Imam Yahya bin Abi Katsir meriwayatkan bahwa orang-orang salaf terdahulu selalu mengucapkan doa
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ
"Ya Allah berkahilah Kami dalam bulan Rajab dan bulan Sya’ban, dan sampaikanlah aku dengan selamat ke bulan Ramadhan,".
Sampai kepada Ramadhan adalah kebahagiaan yang luar biasa bagi mereka, karena pada bulan itu mereka bisa mendapatkan nikmat dan karunia Allah yang tidak terkira. Tidak mengherankan jika kemudian Nabi saw dan para sahabat menyambut Ramadhan dengan senyum dan tahmid, dan melepas kepergian Ramadhan dengan tangis.

Kedua. Dengan pengetahuan yang mendalam.
Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Ibadah puasa mempunyai ketentuan dan aturan yang harus dipenuhi agar sah dan sempurna. Sesuatu yang menjadi prasyarat suatu ibadah wajib, maka wajib memenuhinya dan wajib mempelajarinya. Ilmu tentang ketentuan puasa, minimal tentang hal-hal yang menjadi sah dan tidaknya puasa.
Persepsi dan pengetahuan yang utuh tentang bulan Ramadhan akan menghindarkan diri dari kesalahan-kesalahan yang bisa merusak ibadah Ramadhan, lantaran disebabkan oleh ketidaktahuan kita. Persepsi yang utuh tentang keutamaan Ramadhan akan mendorong tumbuhnya motivasi dari dalam diri untuk menjalani ibadah dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, pada bagian ini, persiapan-persiapan yang bisa dilakukan adalah dengan banyak bertanya dan belajar tentang hal-hal yang berhubungan dengan puasa. Seseorang akan mampu mengerjakan sesuatu dengan sempurna dan riang gembira jika ia tahu dengan pasti apa alasan, tujuan dan manfaat di balik sesuatu yang akan ia kerjakan.

Ketiga. Dengan selalu berdo’a.
Bulan Ramadhan selain merupakan bulan karunia dan kenikmatan beribadah, juga merupakan bulan tantangan. Tantangan menahan nafsu untuk yang selalu mengajak kita untuk berbuat jahat, tantangan untuk menggapai kemuliaan malam lailatul qadar dan tantangan-tantangan lainnya. Dan keterbatasan kita sebagai manusia, mengharuskan untuk selalu berdo’a dan memohon kepada Allah SWT, agar termotivasi dan optimis, mampu memaksimalkan ibadah dan dapat melalui bulan Ramadhan dengan sempurna.

Keempat. Dengan mengokohkan tekad serta merencanakan secara matang untuk mengisi Ramadhan.
Niat dan azam adalah bahasa lain dari planing atau perencanaan. Orang-orang soleh terdahulu selalu merencanakan pengisian bulan Ramadhan dengan cermat dan optimis. Berapa kali mereka merencanakan akan mengkhatamkan membaca al-Quran, berapa kali shalat malam, berapa akan bersedekah dan membari makan orang berpuasa, berapa kali akan menghadiri pengajian. Itulah planing yang benar mengisi Ramadhan, bukan hanya sekedar memplaning atau merencanakan menu makan dan pakaian kita untuk Ramadhan, namun lebih diarahkan kepada perencanaan yang matang untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita selama Ramadhan.

Kelima. Persiapan Ruh dan Jasad, jasmani dan ruhani.
Rasulullah SAW dan orang-orang shalih tidak pernah menyia-nyiakan keutamaan Ramadhan sedikitpun. Rasulullah dan para sahabat memperbanyak puasa dan bersedekah pada bulan Sya’ban sebagai latihan sekaligus tanda kegembiraan menyambut datangnya Ramadhan.
Sayyidina Anas bin Malik RA. berkata: ”Ketika kaum muslimin memasuki bulan Sya’ban, mereka sibuk membaca Alquran dan mengeluarkan zakat mal untuk membantu fakir miskin yang berpuasa.”
Dengan mengondisikan diri pada bulan Sya’ban untuk berpuasa, bersedekah dan memperbanyak ibadah, kondisi ruhiyah akan meningkat, dan tubuh akan terlatih berpuasa Dengan kondisi seperti ini, maka ketika memasuki bulan Ramadhan, kondisi ruh dan iman telah siap dan semakin membaik, maka selanjutnya akan dapat langsung menyambut bulan Ramadhan yang mulia ini dengan amal dan kegiatan yang dianjurkan.

Keenam. Persiapan Materi.
Kemudian yang harus kita perhatikan menyongsong bulan Ramadhan adalah persiapan finansial atau materi. Persiapan materi di sini tidak dimaksudkan untuk membeli kebutuhan berbuka dan sahur yang mewah dan mahal bahkan kadang terkesan berlebihan. Tapi finansial/materi yang diperuntukkan untuk menopang ibadah sedekah dan infak kita. Bulan Ramadhan merupakan bulan muwaasah (bulan santunan, pelipur lara). Sangat dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat manakala ia memberi kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun sekedar sebiji kurma dan seteguk air. Kedermawanan Rasulullah saw pada bulan Ramadhan sangat besar. Digambarkan dalam beberapa riwayat bahwa sentuhan kebaikan dan santunan Rasulullah saw kepada masyarakat sampai merata, lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di sekitarnya.
Semoga kita mendapatkan anugerah terindah bisa melaksanakan ibadah di bulan ramadhan ini dengan semangat dan sebaik-baiknya
تقبل الله صيامنا وقيامنا وصالح الأعمال في هذا الشهر الكريم رمضان المبارك. آمين

Sumber 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar