Sabtu, 12 Mei 2018

Esensi Nabi-Nabi Dalam Mi'raj

Seperti disebutkan dalam Hadist, waktu mi'raj dalam peristiwa Isra Mi'raj, Rasulullah SAW bertemu :
- Langit 1 : Adam as.
- Langit 2 : Isa & Yahya as.
- Langit 3 : Yusuf as.
- Langit 4 : Idris as.
- Langit 5 : Harun as.
- Langit 6 : Musa as.
- Langit 7 : Ibrahim as.

Menurut sy, ada pembelajaran yg bisa diambil hikmahnya terkait dengan posisi para Nabi ketika proses Mi'raj nya Rasulullah, yaitu:
- Adam as.; esensinya adalah Taubat, dimana untuk mengawali proses (perjalanan ruhani) itu harus dimulai dengan proses Taubat.
- Isa as. & Yahya as.; esensinya adalah Purifikasi (Shafa), dimana proses taubat itu harus diikuti dengan proses purifikasi, yg berhubungan dengan "pencucian", "penyucian", "kesabaran" dan "konsistensi" .
- Yusuf as.; esensinya adalah Ujian dalam kesabaran, dimana tahapan selanjutnya adalah munculnya ujian (masalah, hambatan, dsb) yg harus disikapi dengan sabar, tawakal, kejujuran, dan kalau perlu dengan berkhalwat (ingat saat Yusuf dipenjara) ataupun lewat Uzlah, sampai akhirnya memunculkan "keindahan" (akhlak, jamalullah), "hikmah", dan mengikis "kesombongan".
- Idris as.; esensinya adalah ilmu, pemahaman, atau "pena", dimana jika pintu hikmah telah terbuka maka proses "ilmu" (pena) pun akan terus-menerus "mengisi" diri, seperti halnya Laduni dan Makrifat. Perlu diketahui, Nabi Idris itu adalah yang pertama kali menulis dengan pena, menjahit baju, ilmu perbintangan, ilmu hitung dan ilmu sejarah.
- Harun as.; esensinya adalah Pelayanan dan "dakwah". Seperti halnya Harun yg jadi "asisten" yg "melayani" Nabi Musa dan jadi juru bicaranya Musa yg petal (cadel).
- Musa as. ; esensinya adalah Menguatkan kerangka syariat (dasar, hukum, dsb), dan juga mindset, dimana selain bertujuan untuk kebaikan diri sendiri, juga untuk kebaikan alam beserta isinya.
- Ibrahim as.; esensinya adalah Tauhid semurni-murninya (Ahadiyah), dimana kondisi ini merupakan puncak proses (tidak ada sesuatupun selain-Nya, Al-Ahad), sampai akhirnya layak menjadi seorang hamba Allah yang dicintai dan diridhoi-Nya, seperti halnya Ibrahim Khalilullaah ("kekasih Allah").
Dan sesudah melewati ini semua, maka Rasulullah SAW pun "bertemu" Allah SWT (wushul), dan menerima perintah Shalat, dimana selain sebagai kewajiban juga bisa berfungsi sebagai alat "mi'raj para mukmin".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar