Selasa, 29 Agustus 2017

Islam Itu Cuma Satu

Islam itu cuma satu. Tidak ada Islam garis keras, Islam nusantara, Islam ini dan itu. Benarkah demikian? Yuk kita bahas 🙏
Islam sbg nama agama tauhid ya cuma satu. Tapi di luar kategori itu, Islam itu banyak versi. Kalau cuma satu, kenapa ada sunni-syi’ah?
Ibaratnya Al-Qur’an cuma satu. Namun didalamnya ada ayat madaniyah dan ayat makkiyah; mutasyabihat dan muhkamat; qat’i dan zanni, dst
Dengan demikian sbg sebuah nama yang menaungi semuanya, Islam itu ya satu. Tapi di dalamnya jelas banyak firqoh. Fakta ini harus kita akui
Mengatakan Islam cuma satu dan menolak fakta adanya perbedaan firqoh adalah sebuah khayalan saja.  Kenapa tidak mentidakui saja sih?
Sebagai contoh, syekh al-Albani mengatakan tidak cukup hanya bilang "saya Muslim" saja. Harusnya bilang saya "Muslim yang bermanhaj salafi"


Tauhid boleh sama, tapi baik secara mazhab fiqh dan ilmu kalam, secara sosiologis, geo-politik,  Islam tidak cuma satu
Bahkan yang mentidaku Islamnya paling benar pun, seperti Islam salafi, juga terpecah ke dalam bbrp golongan yang berbeda. Ini F.A.K.T.A
Perpecahan salafi menjadi kelompok Al-Sofwah & Al-Haramain Jakarta; Imam Bukhari Solo, Al-Furqan Gresik, Islamic Center Bin Baaz & Jamilurahman As-Salafy Jogya; FKAWJ & Lasykar Jihad Jakarta; Dhiyaus Sunnah Cirebon.
Ini contoh kelompok salafi di tanah air yang saling berbeda dan saling mengklaim paling salafi. Jadi, jelas Islam Salafi pun tidak cuma satu.
Dalam fiqh, kita juga mengenal istilah fiqh kufah atau hijaz yang merujuk ke lokasi mereka tinggal. Abu Hanifah di kufah, Malik di Hijaz.
Merujuk lokasi ulama tinggal itu hal biasa dlm khazanah Islam. Imam Qurtubi itu dari Cordoba Spanyol. Nawawi al-Bantani dari Banten.
Kalau kita lihat kitab ulama klasik mereka menulis nama lengkap plus mazhab dan juga asal daerah mereka. Islam mereka tidak berkurang karenanya.
Jadi, hal biasa dlm khazanah Islam menisbatkan diri pada mazhab dan lokasi. Aneh kalau sekarang banyak yang tidak mentidakui beda varian dlm Islam.
Krn itu tidak usah heran kalau Muhammadiyah berislam kemajuan, sedangkan NU itu Islam Nusantara. Yang protes itu tidak paham khazanah klasik.
Sama saja kita orang Indonesia, tapi berbhineka tunggal ika. Islam juga seperti itu. Sayang, banyak yang sekarang tidak mau keragaman, inginnya seragam.
Jadi berhentilah mempersoalkan istilah. Dlm ilmu sosial kategorisasi itu penting: Islamnya garis keras itu beda dg Islamnya NU. Ini fakta.
Saya jelas menolak Islam saya disamakan dg HTI, ISIS, Ikhwanul Muslimin --skdr menyebut contoh. Saya punya identitas keislaman sendiri.
Yang bilang Islam cuma satu itu biasanya mau bilang diluar kelompoknya itu sesat dan kafir. Ini berbahaya.
Mari kita bekerjasama pada hal-hal yang kita sepakati, dan bertoleransi terhadap perkara yang kita berbeda pendapat. Begitu saran syekh Rasyid Ridha.


Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar