Jumat, 12 April 2019

Pemilu, Memilih Pemimpin dan Islam

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ... الأية
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu." Q.S. An-Nisaa ayat 59. Ayat ini adalah perintah taat kepada penguasa atau pengatur atau pemimpin atau pemilik perintah. Allah menyebutnya ulil amri. Ketaatan kepada Ulil amri adalah setelah Allah dan Rasulullah. Urutan yang wajib ditaati: 1. Allah, 2. Rasulullah, 3. Ulil Amri. Ulil Amri ada di peringkat ketiga yang ditaati setelah Allah dan Rasulullah.

Perintah taat kepada Ulil Amri, menggunakan Khithab Tertinggi dalam hal perintah, yakni fiil amar, Perintah taatnya menggunakan lafadz اطيعوا taatlah kalian. Ada kaidah الاصل في الامر للوجوب Hukum asal dari (fi'il) amar adalah wajib. Wajib itu memaksa/paksaan. Untuk Nabi Adam AS dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 30-33 وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً dan Nabi Dawud AS  dalam Q.S. Shad ayat 26, يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً  Allah secara eksplisit dan jelas menggunakan kata khalifah, kalau kepada manusia beriman, urutannya adalah Allah, lanjut Rasulullah yang tentu saja Rasulullah saw lanjut Ulil Amri, Jika khilafah menggunakan khalifah ini merupakan sistem yang wajib, maka Q.S. An-Nisaa ayat 59, pasti menggunakan lafadz Khalifah atau Khilafah bukan menggunakan lafadz Ulil Amri. Dalam Tafsir Ibnu Abbas, Ulil Amri itu Ulama dan Umara. Ulama untuk urusan Ukhrowi atau Syariat Islam dan Umara untuk urusan Duniawi, syariat Islam keduniaan.

Taqlid jelas lebih wajib daripada tidak paham syariat tapi melawan Ulil Amri. Maksud taqlid adalah mempercayakan sepenuhnya selama tidak bertentangan dengan syariat ajaran agama Islam. Seperti halnya orangtua mempercayakan sepenuhnya pengajaran anaknya untuk belajar disekolah, mempercayakan sepenuhnya tentang keilmuan keagamaan kepada Ulama/kyai setempat dalam hal ibadah, mempercayakan penuh berjalannya pemerintahan kepada pemimpin terpilih.
Jika hadirin/jamaah merasa Ulil Amri mungkar atau sudah dzalim, maka tugas hadirin adalah:
(1). Menjadi Ulil Amri, jika mampu,
(2). Hadirin/jamaah/rakyat melakukan audiensi/musyawarah dengar pendapat dg Ulil Amri
(3). Diam.
(4). Doakan kebaikan untuk Ulil Amri. “Allohumma aslih wulata umuril mu’minin”
Saat Sunan Ampel bertanya kepada Sunan Kalijaga, kenapa tidak memberontak kepada Majapahit yang Zhalim? Kanjeng Sunan Kalijaga menjawab, karena Majapahit adalah Ulil Amri. Jika tidak mampu mengubah & memberi nasihat, berdoa saja agar Ulil Amri tidak Zhalim.

Perlu dipahami, bahwa pemilu hanyalah cara (uslûb), bukan metode (tharîqah). Cara mempunyai sifat tidak permanen dan bisa berubah-ubah, sedangkan metode bersifat tetap dan tidak berubah-ubah (an-nabhani, 1973: 92). Contohnya Cara amil zakat mengambil zakat dari muzakki-apakah dengan jalan kaki atau naik kendaraan; apakah harta zakat dicatat dengan buku atau komputer; apakah harta itu dikumpulkan di satu tempat atau tidak.
Pemilu merupakan wasilah salah satu cara sarana untuk memilih pemimpin, datang ke tempat pemilihan merupakan bentuk ketaatan kepada pemerintah yang sah. Selain memilih calon yang terbaik, kita juga perlu berikhtiar dan menyerahkan segala urusan ini kepada Allah setelah kita berusaha, tentunya dengan cara berdoa. Rasulullah Saw pernah membaca sebuah doa ketika qunut. Doa tersebut sangat pas untuk kita baca saat pemilihan umum, baik Pilpres (pemilihan presiden), Pilleg (pemilihan legilslatif), mapun Pilkada (pemilihan kepala daerah), doanya:
اللَّهُمَّ لَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لَا يَخَافُكَ وَلَا يَرْحَمُناَ
“Ya Allah ya Tuhan kami, janganlah Engkau kuasakan (jadikan pemimpin) atas kami karena dosa-dosa kami orang yang tidak takut kepadaMu dan tidak mempunyai belas kasihan kepada kami.”
Rasul Bersabda “Sebaik-baiknya pemimpin adalah mereka yang kalian cintai, dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendoakan kalian, dan kalian pun mendoakan mereka. Dan seburuk-buruk pemimpin adalah mereka yang kalian benci, dan mereka pun membenci kalian. Kalian melaknat mereka, dan mereka pun melaknat kalian” (HR Muslim, at-Tirmidzi, Ahmad).
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu pilihan yang terbaik bagiku menurut ilmu-Mu,” (HR Bukhari).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar