Minggu, 30 Desember 2018

Memahami Bahasa Alam (Perjanjian Aqobah 2 - Tsunami Banten)

Momentum baiat Aqobah kedua, dijadikan starting point oleh kaum muslimin untuk berbondong bondong hijrah ke Madinah hingga tinggal tersisa Nabi SAW, Abu Bakar, Ali dan beberapa sahabat lainnya di Mekah
Gelombang besar hijrah ini dicium oleh kafir Quraisy sebagai ancaman masa datang, karena bisa jadi kaum muslimin akan menjadikan Yatsrib yang kemudian berganti nama menjadi Madinah digunakan sebagai pusat kekuatan yang mengganggu otoritas mereka.
Atas pertimbangan inilah parlemen Quraisy (Darun Nadwa) memutuskan untuk melenyapkan Muhammad saw dengan memobilisasi pemuda dari masing masing kabilah untuk mengepung dan mengeksekusi Muhammad di malam hari
Pada saat yang sama Allah menurunkan wahyu yang mengizinkan Nabi saw hijrah ke Madinah dengan memerintahkan Ali bin Abi Thalib ra untuk menjadi “Stuntman” tidur di ranjangnya lalu keluar menuju rumah Abu Bakar yang akan menemani untuk hijrah
Bertepatan dengan tanggal 12 desember 622 M Nabi saw menuju tempat transit dan tinggal selama tiga hari di sebuah gua di gunung Tsur yang setelah Nabi saw berada didalamnya pepohonan di mulut bagian atas gua membengkokkan dirinya untuk menutupi lubang gua
Dari arah mulut gua bagian depan tiba tiba pula sudah ada burung burung merpati bertelur dan pura pura mengerami dan pada saat bersamaan laba laba sibuk bergotong royong menganyam sarangnya menutupi pintu masuk gua sehingga strategi kamuflase dari langit ini menghilangkan kecurigaan musuh yang mengejar Nabi saw
Rangkaian keterlibatan alam pepohanan, burung dan laba laba dalam membantu menyelematkan Nabi saw adalah bukti bahwa alam beserta masing masing penghuninya memiliki kemampuan berkomunikasi dengan bahasa khasnya
Fakta yang demikian terekam dalam QS Al Isra 44 “ Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah, dan tidak suatupun melainkan bertasbih dengan memuji Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka “
Dalam suatu riwayat dari Abu Dzar ra. Nabi saw duduk bersama Abu Bakar, Umar dan Ustman, “ Ketika Nabi saw mengambil kerikil sebanyak tujuh butir maka kerikil kerikil itu bertasbih . Saya mendengar suaranya merintih lembut bagaikan suara lebah, setelah diletakkan kembali maka kerikil kerikil itu diam seperti semula, kemudian Nabi saw meletakkan kerikil kerikil itu ke tangan Abu Bakar maka kerikil kerikil itu kembali bertasbih, begitupun saat di letakkan di tangan Ustman ( HR al Haitsami )
Merespon keberadaan bahasa alam, sejumlah Universitas di luar negeri membuka program studi ekolinguistik yang bersumber dari tulisan “New Ways of Meaning A Challenge to Applied Linguistics” karya Michael Halliday yang menggunakan pendekatan analisis wacana eko kritis dan ekologi lingusitik
Fenomena Tsunami Banten yang tidak didahului dengan gempa hingga wisatawan tetap asyik mengikuti gathering dengan hiburan band papan atas menjadi korban gulungan ombak adalah bukti pentingnya peningkatan pemahaman ekolinguistik bagi semua pihak
Ihtiar cerdas untuk bisa memahami bahasa alam bagi orang beriman adalah pendekatan maksimal kepada Sang Pencipta “Barang siapa yang mampu mendekatkan diri sedekat dekatnya kepada Allah SWT maka ia dapat menggunakan mata Tuhan untuk melihat, telinga Tuhan untuk mendengar dan mulut Tuhan untuk berbicara”
Allahu a’lam

Sumber 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar