Jumat, 24 Maret 2017

Titik I'rob, Titik Huruf, Harakat dan Pembagian Juz dalam Mushaf

Sebagaimana disepakati oleh para ulama, Mushaf Usmani sejak semula tertulis tanpa titik huruf, tanpa tanda ayat, tanpa harakat dan tanpa tanda wakaf yang kita kenal sekarang, bahkan dikatakan pembeda antar surat hanya diketahui dari basmalah di permulaan masing masing surat. keadaan ini bertahan kurang lebih 18 tahun sejak penulisan Mushaf Usmani. pada awalnya hal ini tdk menimbulkan kesulitan bagi para sahabat dan tabiin untuk membacanya mengingat kemampuan bahasa dan fashohah yang mereka miliki. tapi, lama kelamaan muncul kesalahan baca yang diakibatkan tidak adanya titik, harakat dan tanda ayat lainnya.
Hal ini mendorong para ulama dan pemangku kekuasaan pada saat itu untuk mempermudah membaca mushaf Usmani, khususnya bagi orang2 yang lemah di bidang bahasa.
dan berikut ini, sekilas sejarah perkembangan mushaf.

1- Titik I'rob sampai th 53 H:
Orang pertama yang memberi titik pada mushaf adalah Abul Aswad ad Dualy, beliau memberi titik untuk menandai i'rob kata, baik rofa', nashab dan jar. Hal ini berawal ketika beliau mendengar seseorang membaca at Taubah 3 dengan:
أنّ الله بريء من المشركينَ ورسولِه
(dibaca kasrah pada lam rosuulihi), yang semestinya dibaca Rosuuluhu, tentu saja salah pembacaan ini menyebabkan kesalahan makna yang fatal...
dalam kitab al Itqon, Imam Suyuthi menyebutkan penandaan titik i'rob ini sbb: fathah ditandai dengan titik diatas huruf, dhommah ditandai dengan titik ditengah/diantara huruf, dan kasrah ditandai dengan titik dibawah huruf.
Pemberian titik i'rob ini menunjukkan bahwa kebutuhan pengetahuan i'rob mendahului kebutuhan mengetahui perbedaan huruf-huruf yang mirip.

2- Titik Mu'jam (pembeda huruf) sampai th 95 H:
Para sejarahwan menyebutkan bahwa penambahan titik pembeda huruf terjadi pada masa Hajjaj bin Yusuf as Tsaqofi (w 95 H). Imam al Askary di kitab Wafyaat al A'yaan menyebutkan bahwa orang orang membaca mushaf Usman 40 th lebih sampai masa Abdul Malik bin Marwan, lalu muncullah banyak tashiif (kesalahan akibat meletakkan titik yang salah pada kata) di Iraq, maka Hajjaj bin Yusuf memerintahkan juru tulisnya untuk menambah titik pada setiap huruf yang mirip, dan yang menangani tugas ini adalah Nasr bin 'Ashim.
3- Pemberian Harakat (Tasykiil) sampai th 170 H:
Pemberian harakat (Dhommah, Fathah, Kasrah) ini digunakan menggantikan titik i'rob yang pernah digunakan Abul Aswad ad Du'aly sebelumnya. dan orang yang menemukan ide harakat pertama kali adalah Kholil al Farahidy (w 170 H).

4- Pembagian Juz al Quran sampai th 218 H:
Mushaf al Quran mengalami pembagian juz yang beraneka macam, hal ini disebutkan oleh Imam Ibnul Jauzy di kitab Funuun al Afnaan sbb:
a- Pembagian 2 juz, Juz pertama sampai al Kahfi 74, Juz kedua sampai akhir an Naas.
b- Pembagian 3 juz, Juz pertama sampai at Taubah 92, Juz kedua sampai al Ankabut 45, Juz ketiga sampai akhir an Naas.
c- Pembagian 4 juz, 5 juz, 6 juz, 7 juz, 8 juz, 9 juz, 10 juz dan 28 juz serta ada yang 60 juz.
d- Pembagian 30 juz, inilah pembagian juz dalam mushaf yang paling terkenal sebagaimana dipakai dalam mushaf kita sekarang.

Diriwayatkan oleh para ulama, pembagian mushaf menjadi beberapa juz ini dipelopori oleh Khalifah al Ma'mun, di era Dinasty Abbasiyah.
Pembagian mushaf dalam beberapa juz ini motivasi dasarnya adalah untuk pembelajaran, hafalan dan jatah bacaan harian. oleh karena itu, pembagiannya pun bermacam-macam.

Wallahu A'lam...
Darul Ulum, Jombang 23 Maret 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar