Selasa, 20 Februari 2018

Kualat Sosial

Dalam ajaran Islam kita dilarang oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW untuk bersikap "asy syamaatah" kepada orang lain, khususnya sesama umat Islam, Asy Syamaatah adalah kegembiraan atas adanya masalah atau cobaan yang menimpa orang lain.
Kita dilarang bersikap demikian karena itu menyakiti saudara kita dan menambah penderitaannya,Allah telah menegaskan ancaman-Nya kepada orang-orang yang menyakiti saudara2nya dalam surat Al Ahzaab 58:
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا
"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata".
Nabi Muhammad juga telah menegaskan bahwa kesempurnaan Iman seseorang itu tergantung "Cintanya" terhadap saudaranya yang harus sama dengan cintanya kepada dirinya sendiri.
Kanjeng Nabi juga mewanti2 kita agar tidak pernah memperlihatkan syamaatah terhadap masalah orang lain, karena itu bisa berbalik kepada kita sendiri...
Wal Iyaadh Billah.
Beliau bersabda:
لا تظهر الشماتة لأخيك، فيعافيه الله ويبتليك.
"Janganlah kau tunjukkan kegembiraan atas masalah orang lain, (kalau demikian) maka Allah akan membebaskannya dan memberikan cobaan kepadamu".
Rosul juga mengingatkan agar kita tidak mudah mencaci dan/atau share/menyebarkan aib/kasus/dosa orang lain, karena itu bisa berakibat sebaliknya, (bahasa jawanya: kualat)
Dalam sebuah riwayat al Baghowi, dari Muadz bin Jabal, Rosul bersabda:
من عير أَخَاهُ بذنب، لم يمت حَتَّى يعمله
"Barang siapa mencaci saudaranya karena dosa (yang diperbuatnya), maka dia pasti akan mengerjakan dosa tsb sebelum mati"
Wal Iyaadh Billah.
Para Ulama Salaf Sholih sangat berhati2 untuk tidak menunjukkan as syamaatah (perasaan senang atas musibah orang lain), bahkan diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Az Zuhd, bahwa Abdullah bin Mas'ud pernah berkata:
لَوْ سَخِرْتُ مِنْ كَلْب، لَخَشِيتُ أَنْ أَكونَ كَلْبًا.
"Andaikata aku menghina seekor anjing, pasti aku takut menjadi anjing".
Ibnul Qoyyim juga pernah berkata dalam Madaarijus Saalikin:
وَكُلُّ مَعْصِيَةٍ عَيَّرْتَ بِهَا أَخَاكَ فَهِيَ إِلَيْكَ
"Setiap kemaksiyatan yang kau cacat saudaramu karenanya, maka kemaksiyatan tsb akan kembali padamu".
Dalam situasi yang penuh dengan berita-berita pengumbaran aib di mana2 ini, alangkah baiknya jika kita berhati-hati untuk tidak ikut menyebarkan aib orang lain, atau ikut senang atas tertimpanya saudara kita dengan kasus2 tertentu.
Salah satu cara yang direkom oleh Ibnul Qoyyim untuk menanggapi berita2 seperti itu adalah dengan berucap:
غفر الله لنا وله
"Semoga Allah mengampuni kami dan dia".
Jika Allah telah menyelamatkan diri kita dari melakukan dosa dan aib tsb, saya berdoa semoga Allah juga menyelamatkan lisan dan "tulisan" kita dari menyebarkan aib-aib tsb.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar