Rabu, 10 Oktober 2018

Gempa Bumi Musibah Atau Ujian?

Musibah dan Ujian dalam pandangan bahasa kita tidak terlalu jelas perbedaannya. Namun dalam bahasa Arab keduanya dibedakan. Seingat saya dalam salah satu penjelasan Prof. Quraisy Syihab diantara perbedaan keduanya bahwa (yang beliau kutip dari beberapa ulama):
1. Musibah karena kecerobohan manusia
2. Ujian adalah murni pemberian ujian dari Allah kepada makhlukNya.

- Musibah
Dalilnya adalah firman Allah:
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (Ash-Shūraá : 30)
Contoh seperti banjir adalah kesalahan dari manusia, tanah longsor akibat penggundulan hutan juga oleh manusia dan sebagainya.
Meskipun musibah karena ulah manusia namun apa yang ditimpakan oleh Allah kepada mereka adalah sesuatu yang berguna dan ada hikmahnya, sebagaimana firman Allah:
قُل لَّن يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami...". (At-Tawbah : 51)

- Ujian (Bala')
Sedangkan Ujian (Bala') sama sekali tidak ada keterlibatan manusia dan atas kehendak Allah untuk menguji manusia.
Ujian dari Allah ada 2 bentuk:
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
"... Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)." (Al-'Anbyā' : 35)
Nah, gempa bumi apakah bentuk musibah karena ulah manusia atau murni ujian dari Allah?
Jelas sekali seperti gempa bumi adalah ujian dari Allah. Sebab tidak ada ulah tangan manusia yang merusakkan lempeng bumi di dasar laut terdalam. Gempa bumi bukanlah bentuk ulah manusia karena 'seseorang' dijadikan tersangka.

Point diatas ada musibah, ada ujian.
1. Musibah = sebab akibat manusia
2. Ujian (bala') = murni dari Tuhan
Gempa masuk kategori ujian.



Intinya, segala musibah yg datang merupakan cara Alloh untuk menegur kita agar kita muhasabah, introspeksi diri, sembari memperbaiki diri
)الإيمان بالقدر نظام التوحيد) إذ لا يتم نظامه إلا باعتقاد أن الله تعالى منفرد بإيجاد الأشياء على ما هي عليه وأن كل نعمة منه فضل وكل نقمة عدل
Beriman kepada takdir merupakan aturan tauhid karena aturan tauhid tidak akan pernah sempurna kecuali didorong oleh sebuah keyakinan bahwa Allah itu sendiri menciptakan sesuatu semata-mata ketetapan kehendakNya dan memberikan Nikmat semata-mata karena AnugerahNya bukan karena pengaruh siapapun begitu pula menurunkan siksa/musibah semata-mata keadilan dariNya bukan karena dipengaruhi sebab apapun.
الإتكال على القضاء أروح وقلة الإسترسال أحزم
Percaya kepada ketetapan Allah lebih melegakan hati dan mengurangi berpikir kritis (mencari sebab turunnya nikmat dan musibah) lebih meneguhkan hati.
)فيض القدير شرح الجامع الصغير من أحاديث البشير النذير ج ٣ ص ٢٢٥(

********
Hal salah yang sering kali terulang-ulang: mengaitkan sebuah bencana dengan sebuah kejadian, atau dengan kata lain: menganggap sebuah bencana sebagai adzab untuk satu dua kesalahan. Dan ini tumbuh dari ketidak-tahuan atau sempitnya wawasan. Apalagi jika mengaitkan itu dengan satu dua sosok, itu adalah sebuah ketololan. Murni ketololan dan kebodohan.
Di  dalam Alquran atau Hadits memang ada beberapa bencana yang dikaitkan dengan pembalasan perbuatan sebuah kaum. Tapi itu adalah nash dan pemberitahuan dari Allah atas apa yang telah Dia berlakukan untuk mereka, khusus mereka, bukan yang lain. Nah, lalu apa hak kita sebagai hamba untuk mengaitkan sebuah bencana yang terjadi dengan hal lain, jika memang kita tak tahu apa kehendak Allah di bencana tersebut? Toh kita bukan nabi yang terjaga dari salah, dan kita juga bukan tuhan!
Tugas kita menghadapi atau menyikapi sebuah bencana bukan untuk mengaitkan atau menduga-duga apa sebab bencana itu terjadi di Kehendak Allah. Tapi mengambil i'tibar, mengambil pelajaran, menyadarkan sisi kelemahan dan ke-tiada-an kita di samping Kekuasaan Mutlak Allah. Agar kita mengoreksi diri dan semakin kembali—bukan mengoreksi orang lain seakan kita suci. Dan di sisi lain, untuk membantu mereka yang terkena musibah, baik dengan doa atau harta atau dengan aksi langsung terjun ke lapangan. Karena mereka adalah saudara kita.
Dan, semoga Allah memberi kesabaran dan ketabahan untuk saudara-saudara kita di Palu, dan di manapun yang terjadi bencana, dan semoga Allah sesegera mungkin mengirim kebahagiaan untuk mereka. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar